Suami atau Istri yang Seharusnya Mengalah?

8491
Ilustrasi suami dan Istri.

Muslim Obsession – Biduk rumah tangga tak selalu berjalan di air yang tenang. Sesekali akan ada riak dan gelombang yang membuat biduk terseok-seok.

Riak-riak kecil yang menerpa biduk rumah tangga muncul dari pertengkaran suami dan istri. Asalnya seringkali dari hal-hal kecil yang kerap dianggap sepele, seperti ucapan yang tidak enak untuk didengar.

Agar riak itu tak berubah menjadi gelombang, maka seyogianya harus ada yang mengalah saat pertengkaran kecil terjadi. Siapa yang harus mengalah? Suami atau istri?

“Perempuan itu diperintahkan untk mengalah karena ia mempunyai karakter tersebut,” ungkap Ustadz Syafiq Riza Basalamah, mengutip ceramah yang diunggah akun Instagram @syafiqrizabasalamah.

Ustadz Syafiq mengatakan, agar tidak terjadi perselisihan yang diinginkan, seorang istri hendaklah memilih kata-kata yang baik saat berbicara dan tidak mengucapkan kata-kata yang menyulut emosi suami.

Baca juga: Dua Kunci Hubungan Baik antara Suami dan Istri

“Meski terkadang seorang istri mengatakan jika suaminya yang menzhalimi, bersabarlah,” jelasnya.

Ketika seorang istri mengalah, meski ia tahu suaminya itu salah, lalu ia datang kepada suaminya dan meminta maaf, maka ia sejatinya merupakan perempuan ahli surga.

Ustadz Syafiq menukil sebuah hadits Rasulullah ﷺ:

“…Maukah kalian aku beritahu perempuan di antara kalian yang menjadi penghuni surga? Setiap perempuan yang penuh kasih (kepada suaminya), banyak keturunannya, jika dia marah, atau suaminya marah kepadanya, dia berkata, ‘Tanganku di tanganmu, mataku tak dapat terpejam sebelum engkau ridha kepadaku’,” (Diriwayatkan dari hadits Anas dan Ibnu Abbas dan Ka’ab bin Ajurah radhiyallahu anhum).

Baca juga: Buya Yahya Jelaskan Dua Hal Dalam Islam yang Dilarang Saat Hubungan Suami-Istri

Ustadz Syafiq menjelaskan berdasarkan kategori tersebut, maka seorang istri yang ahli surga adalah mereka yang penyayang (al-wadud). Kedua, istri yang subur (al-walud) dalam artian perempuan yang ingin punya anak.

Karena menurut Ustadz Syafiq, ada perempuan yang tidak ingin punya anak. Bukan karena dia gak bisa punya anak, tapi dia beralasan karena khawatir capek untuk mengurusi anak. Padahal jika ia ingin surga, maka lelah karena mengurus anak mendapat pahala surga.

Ketiga, istri yang kembali (al-‘aud) kepada suaminya. Artinya, jika suatu ketika ia berbuat salah atau bahkan suaminya yang berbuat salah, si istri kembali kepada suaminya untuk menenangkan suasana dan meminta ridha suaminya sambil mengatakan, “Tanganku di tanganmu, mataku tak dapat terpejam sebelum engkau ridha kepadaku”.

“Seorang istri harus tahan banting. Apakah mampu? Perempuan mampu untuk melakukan itu dengan catatan dia memperbaiki keimanannya kepada Allah dan hari Akhir,” pungkasnya. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here