Siapa yang Belajar Agama dengan Otodidak, Maka Gurunya Adalah Setan

870

Oleh: Drs H. Tb Syamsuri Halim, M.Ag (Pimpinan Majelis Dzikir Tb. Ibnu Halim dan Dosen Fakultas Muamalat STAI Azziyadah Klender)

“Siapa saja yang belajar agama secara otodidak, maka ia belajar pada setan”. Pernyataan ini adalah ungkapan para ulama salafus shalih, dan juga gugusan para ulama dari zaman ke zaman.

Bila ada seseorang yang belajar agama kepada selain guru, namun belajarnya melalui internet, YouTube, dan juga WhatsApp tanpa guru pembimbing maka sudah pasti gurunya adalah setan.

Imam Syafi’i mengatakan:

مَنْ تَفَقَّهَ مِنْ بُطُوْنِ الْكُتُبِ ضَيَّعَ الْأَحْكَامَ

“Barang siapa yang mencari kepahaman dari tengah-tengahnya kitab (tidak menelaah kitab secara keseluruhan) maka ia telah menyia-nyiakan hukum-hukum (tolok ukur zaman sekarang men-share pernyataan ulama dalam kitabnya menurut selera mereka seara tidak utuh dan tidak gamblang)”.

Sebagian dari mereka mengatakan:

مِنْ أَعْظَمِ الْبَلَيَّةِ تَشْيُخُ الصَّحِيْفَة

“Termasuk bencana yang paling besar adalah berguru pada Ash-Shahiifah (maksudnya adlah orang yang belajar dari lembaran-lembaran buku).

Kata الْبَلَيَّةِ dimaknai sebagai musibah besar, yakni bagi orang yang belajar agama secara otodidak.

Oleh karenanya, mari kita belajar agama kepada guru-guru kita.

Wallahu a’lam bish shawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here