Shalat

578

Oleh: Ustadz Farid Okbah, M.A. (UFO) (Ketua Bidang Agama PP Parmusi)

Tidak ada ibadah yang lebih agung setelah iman melebihi shalat. Allah subhanahu wa ta’ala turunkan 80 ayat terkait dengan shalat. Nabi Muhammad ﷺ dipanggil lewat Isra dan Mi’raj untuk menerima perintah shalat langsung dari Allah tanpa melalui malaikat. Iman oleh Allah dirangkaikan dengan shalat,

ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ (2) الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ (3)

“Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka,” (QS. Al-Baqarah, 2: 2-3).

bahkan shalat disebut dengan istilah iman,

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗوَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia,” (QS. Al-Baqarah, 2: 143).

Senjata ampuh untuk meminta pertolongan adalah sabar dan shalat,

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ

“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,” (QS. Al-Baqarah, 2: 45).

Bahkan cara terbaik terhindar dari kemungkaran dan kemaksiatan adalah shalat,

اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

“Bacalah Kitab (Al-Quran) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS. Al-Ankabut, 29: 45).

Bahkan disebut dalam ayat itu dzikir kepada Allah itu paling besar karena shalat ibadah paling besar nilainya dibanding ibadah lain. Nabi ﷺ menyebutkan bahwa:

« رَأْسُ اْلأَمْرِ اْلإِسْلاَمُ، وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ … »

“Agama Islam itu inti masalah, dan shalat itu tiang agama.” (HR. At-Turmudzi. Shahih)

Tanda orang Islam, ya shalat. Kalau muslim nggak shalat maka shalatkan dia sebelum meninggal karena dia bangkai, kata imam Syafi’i. Shalat itu adalah ibadah yang dipersiapkan dengan thaharah (berwudhu) dan menghadap kiblat dimulai gerakannya dengan takbir dan ditutup dengan salam. Shalat harus mengikuti contoh Nabi ﷺ. Jadi nggak bisa orang cuma ‘eling-eling’ itu disebut shalat. Sebaiknya shalat jangan diganti dengan istilah sembahyang karena itu bisa bermakna lain tidak bisa memberikan pengertian shalat seutuhnya. Shalat ini adalah amalan para Nabi alaihimussalam terdahulu.

Nabi Musa ‘‘alaihissalam diperintah Allah agar shalat,

اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ

“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku,” (QS. Thaha, 20: 14).

Nabi Isa ‘alaihissalam juga diperintahkan shalat,

وَّجَعَلَنِيْ مُبٰرَكًا اَيْنَ مَا كُنْتُۖ وَاَوْصٰنِيْ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِ مَا دُمْتُ حَيًّا

“Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup,” (QS. Maryam, 19: 31).

Nabi Ismail mengajarkan keluarganya shalat,

وَكَانَ يَأْمُرُ اَهْلَهٗ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِۖ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهٖ مَرْضِيًّا

“Dan dia menyuruh keluarganya untuk (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat, dan dia seorang yang diridai di sisi Tuhannya,” (QS. Maryam, 19: 55).

Begitu pula Nabi kita Muhammad ﷺ memerintakan keluarga dan ummatnya untuk shalat,

وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلٰوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاۗ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًاۗ نَحْنُ نَرْزُقُكَۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوٰى

“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa,” (QS. Thaha, 20: 132).

Al-Quran mengingatkan kita agar jangan sampai lengah mendidik anak-anak supaya menjalankan shalatnya secara benar agar tidak lahir generasi yang abai terhadap shalat,

فَخَلَفَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ اَضَاعُوا الصَّلٰوةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوٰتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

“Kemudian datanglah setelah mereka pengganti yang mengabaikan salat dan mengikuti keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat,” (QS. Maryam, 19: 59).

Sebab itulah Lukman, hamba Allah yang shalih ini, sebagai orang tua mengajarkan anaknya setelah tauhid adalah shalat,

يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ

“Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting,” (QS. Lukman, 31: 17).

Dan secara umum sebagai ummat Islam kita diperingatkan agar jangan berperilaku seperti orang orang munafik yang malas shalatnya,

اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْۚ وَاِذَا قَامُوْٓا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوْا كُسَالٰىۙ يُرَاۤءُوْنَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ اِلَّا قَلِيْلًا

“Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud ria (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali,” (QS. An-Nisaa, 4: 142).

وَمَا مَنَعَهُمْ اَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقٰتُهُمْ اِلَّآ اَنَّهُمْ كَفَرُوْا بِاللّٰهِ وَبِرَسُوْلِهٖ وَلَا يَأْتُوْنَ الصَّلٰوةَ اِلَّا وَهُمْ كُسَالٰى وَلَا يُنْفِقُوْنَ اِلَّا وَهُمْ كٰرِهُوْنَ

“Dan yang menghalang-halangi infak mereka untuk diterima adalah karena mereka kafir (ingkar) kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak melaksanakan salat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menginfakkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan (terpaksa),” (QS. At-Taubah, 9: 54).

Pantas kalau Nabi kita ﷺ ada masalah, beliau bergegas shalat bahkan Allah jadikan shalat itu sebagai penenang dirinya. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ  bersabda,

« حُبِّبَ إِلَيَّ الطِّيبُ وَالنِّسَاءُ ، وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ »

“Dijadikan pada diriku suka kepada wewangian dan istri-istri, dan dijadikan penyejuk mata penyenang hatiku di dalam shalat.” (HR. Ahmad, An-Nasaie, dan al-Hakim. Shahih)

Terlebih dalam keadaan kita diuji Allah dengan COVID-19, perbanyak shalat seperti yang dicontohkan Nabi kita ﷺ. Wallahu a’lam.

 


Facebook: Farid Ahmad Okbah. MA

Instagram: @faridokbah_official

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here