Sering Salah Sangka, Quraish Shihab Jelaskan Penyakit Ain dan Pencegahnya

598
Prof. Quraish Shihab dan Najwa Shihab dalam Shihab & Shihab.

Jakarta, Muslim Obsession – Pakar ilmu tafsir, Profesor Muhammad Quraish Shihab, menjelaskan secara rinci apa yang dimaksud dengan kata ain, atau yang selama ini banyak dipahami sebagai penyakit.

Padahal, ain dalam arti sebenarnya kata Prof Quraish adalah pengaruh buruk dari pandangan mata atau pikiran disertai rasa takjub atau iri hati sehingga menimbulkan mudarat terhadap apa saja yang dilihatnya.

“‘Ain itu bukan penyakit. Ain itu pandangan mata yang kemudian berkembang maknanya sehingga bisa mencakup segala sesuatu yang terpikirkan secara fokus,” kata Prof Quraish dalam tayangan Shihab & Shihab, Senin (12/7).

Ia menyebutkan, bagi sebagian umat Muslim penyakit ‘ain mungkin sudah bukan sesuatu yang asing, bahkan dalam literatur Islam banyak ditemukan contoh-contohnya. Misalnya pada saat kejadian yang menimpa sahabat Nabi SAW saat dikagumi oleh seorang Arab atas kerupawanannya.

“Dua orang sahabat Nabi mandi, terus salah satunya terkagum oleh ketampanannya, kemudian yang dikagumi seketika pingsan. Nah, itu namanya kena ‘ain. Di sini pandangannya pandangan ketakjuban,” papar Quraish yang juga seorang Habaib, keluarga keturunan Rasul.

Menurutnya, orang yang memiliki ‘ain biasanya akan diliputi perasaan iri hati serta dengki. Bahkan, kekaguman yang sangat berlebihan terhadap apa yang berada di depan matanya.

“Yang iri hati orang lain, kita yang kena dampaknya,” jelasnya.

Terlepas dari itu, lanjut Prof Quraish, ‘ain juga bisa datang dari diri sendiri, apalagi di era teknologi serba digital seperti sekarang ini. Di saat semua aktivitas dapat diunggah dan diakses secara mudah. Maka tidak menutup kemungkinan ‘ain muncul dari bisikan-bisikan hati yang lalai saat memuji.

“Misalnya ketika bercermin kita merasa diri paling cantik, itu adalah gambaran dari keinginan Anda yang dipendam dalam hati yang kemudian salah mengucapkannya lalu tanpa disadari membawa mudarat,” lanjutnya.

Oleh karena itu, Ia menganjurkan untuk senantiasa melafalkan ta’awudz, membaca surat-surat perlindungan (mu’awwidzatain), wiridan, dan beberapa doa yang diajarkan oleh para ulama. Sebagai penangkal dan usaha membentengi diri dari pengaruh-pengaruh negatif.

“Untuk mencegahnya ulama mengajarkan doa-doa juga beberapa wirid. Seperti pagi-pagi membaca Wirdul Lathif, malamnya membaca Rathibul Haddad. Nah, itu semua untuk memagari kita,” tutur penulis buku Lentera Hati; Kisah dan Hikmah Kehidupan ini.

Prof Quraish juga berpesan untuk senantiasa melibatkan Allah dalam setiap keadaan, karena segala macam kemungkinan baik pujian maupun celaan semata-mata bergantung kepada Allah SWT.

“Kalau itu pujian ucapkanlah Masyaallah, Subhanallah. Tapi kalau itu celaan maka ucapkan A’udzu bi kalimatillah at-tammah min syarri ma khalaq,” pesan mufasir kebanggaan Indonesia ini. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here