Sekjen PBB Sebut Tragedi Rohingya Sebagai Pembersihan Etnis

1402
Antonio Guterres
Sekjen PBB, Antonio Guterres, menuding pemerintah Myanmar lakukan genosida.

MuslimObsession.com – Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menekan pihak berwenang Myanmar untuk segera menghentikan kekerasan di negara bagian Rakhine.

Secara terbuka Guterress menyebut situasi Rohingya saat ini sebagai sebuah tragedi. Bahkan Guterres mengatakan bahwa pengungsian sekitar sepertiga umat Muslim Rohingya sebagai pembersihan etnis.

Kepada wartawan di New York, Amerika Serikat, Guterres memperingatkan bahwa krisis itu telah menciptakan ketidakstabilan kawasan. Ia meminta pihak berwenang Myanmar menangguhkan aksi militer, mengakhiri kekerasan, dan menegakkan hukum serta mengakui hak-hak rakyat agar bisa kembali ke negara itu.

“Ketika sepertiga penduduk Rohingya harus meninggalkan negara, bisakah Anda menemukan kata yang lebih baik untuk menggambarkannya?” jawab Guterres saat ditanya wartawan.

Untuk menyelesaikan krisis di Myanmar, Dewan Keamanan PBB (DK-PBB) menggelar pertemuan tertutup pada Rabu (13/9/2017). Sebanyak 15 anggota DK-PBB hadir dalam pertemuan, termasuk Cina yang selama ini berada di belakang pemerintah Myanmar.

Meski menjadi bagian dari Myanmar sejak beberapa generasi, etnis Muslim Rohingya tetap dianggap sebagai pendatang haram

Hasilnya, DK-PBB mengeluarkan pernyataan yang menjadi kesepakatan bulat. DK-PBB mengecam adanya ‘serangan awal atas pasukan keamanan dan kekerasan setelahnya’. Dewan juga mengungkapkan keprihatinan atas laporan-laporan tentang kekerasan yang berlebihan selama operasi militer.

Dewan juga menyerukan adanya langkah mendesak untuk mengakhiri kekerasan di Rakhine serta menjamin perlindungan para warga sipil. Tindakan ini dilakukan agar masalah pengungsi secepatnya bisa diselesaikan.

Perlu diketahui bahwa etnis Muslim Rohingya telah mengalami kekerasan dalam kurun waktu yang cukup lama. Kelompok etnis yang tinggal di negara bagian Rakhine yang penduduknya mayoritas Buddha ini kerap mendapatkan perlakuan diskriminatif.

Meski menjadi bagian dari Myanmar sejak beberapa generasi, etnis Muslim Rohingya tetap dianggap sebagai pendatang haram sehingga tidak mendapat status kewarganegaraan.

Atas kasus yang terjadi saat ini, pemerintah Myanmar membela diri dengan mengatakan bahwa operasi militer di Rakhine dilancarkan untuk memberantas kelompok militan Rohingya. Sebuah kelompok militan yang dipercaya telah menyerang beberapa pos polisi akhir bulan lalu.

Tragedi Rohingya yang meletup sejak akhir bulan lalu membuat lebih dari 380.000 orang Rohingya, atau sepertiga dari total populasi, melarikan diri ke Bangladesh. Pengungsian terjadi karena semua desa mereka dibakar habis militer Myanmar. (Fath)

Baca juga:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here