Santap Nasi Pindang Semarang Bikin Ketagihan

1670

Semarang, Muslim ObsessionMlaku-mlaku saat temaram di Kota Semarang cukup mengasyikkan. Apalagi tujuan yang dituju pun jelas: cari makanan!

Kali ini, saya berkesempatan mencicipi kuliner yang terkenal di Kota Semarang, nasi pindang. Tempat makannya pun cukup melegenda, Kedai Nasi Pindang Kudus dan Soto Sapi di Jalan Gajahmada nomor 89B, Semarang, Jawa Tengah.

Selama ini ‘Nasi Pindang Semarang’ hanya sempat melintas dalam pikiran. Tak pernah ada upaya untuk mencari tahu, baik bertanya maupun berselancar di search engine.

“Biarlah penasaran ini terjawab langsung dalam ‘kenyataan’,” batinku.

Alhasil, saya hanya menerka-nerka, apakah yang dimaksud pindang adalah penganan berbahan ikan? Ya, di sejumlah daerah, pindang adalah penganan kuah berbahan ikan.

Setelah sepiring nasi pindang dihidangkan, terkaan saya meleset. Pindang dimaksud adalah makanan berkuah dengan irisan daging sapi yang lembut di mulut.

Nasi pindang di hadapan saya disajikan unik. Di atas piring ukuran sedang, sepotong daun pisang berbentuk bulatan menjadi alas nasi pindang.

Isinya, nasi dengan lauk irisan daging sapi dan beberapa helai daun melinjo dengan kuah coklat agak menghitam. Di atasnya, bawang goreng bertaburan.

Kuah pindang sekilas mirip rawon Surabaya atau nasi gandul khas Pati. Rasa gurihnya berasal dari santan dan rempah lainnya, di antaranya kluwak.

Daging sapi yang digunakan untuk nasi pindang diambil dari bagian leher dan daging tipis yang menempel di tulang rusuk. Disajikan tanpa lemak dengan irisan kecil.

Di daerah asalnya, Kudus, nasi pindang berisi daging kerbau, karena sapi dahulu disucikan oleh masyarakat adat di sana. Sedangkan daging sapi pada masa penjajahan lebih diperuntukkan untuk gegeden Belanda dan bangsawan.

Melihat porsi yang disajikan memang tidak ‘nendang’. Tapi untuk santap malam atau sarapan, porsinya cukup mengenyangkan. Meski demikian, Anda boleh kok nambah makanan, karena rasanya memang membuat kita ketagihan.

Ukuran ini ternyata dipertahankan sejak zaman dahulu. Pasalnya, pindang di Kudus awalnya memang hanya disajikan kepada para priyayi.

 


Mempertahankan Keaslian

Seperti penganan khas Jawa lainnya, nasi pindang di kedai ini dimasak menggunakan tungku kayu bakar. Bahkan pikulan kayu berisi gentong dan tungku dipajang di bagian depan kedai.

Konon, pikulan kayu tersebut digunakan untuk berjualan keliling sekitar tahun 1987-1990an. Jualan nasi pindang dilakukan turun temurun, hingga berdirinya kedai tersebut yang dikelola oleh generasi ketiga.

Kedai dibuka sejak pukul 06.00 hingga 22.00 setiap harinya. Sejak pagi, biasanya kedai sudah ramai dipadati pelanggan untuk sarapan.

Harga satu porsi nasi pindang dan soto di sini relatif murah, hanya Rp20.000. Anda bisa menambah varian menu lainnya, seperti jeroan sapi, telur pindang, tempe goreng, perkedel kentang, emping melinjo, dan kerupuk udang.

Jika mampir ke kedai Nasi Pindang Kudus dan Soto Sapi di jalan Gajahmada ini, sempatkan mata Anda melirik ke arah dinding. Ada beberapa foto yang menunjukkan sejumlah tokoh terkenal mampir ke kedai tersebut, seperti Ahmad Albar, Andien, Afgan, dan tokoh lainnya. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here