Ustadz Bachtiar Nasir: Jaga Lisan Bagian dari Ketakwaan

Jakarta, Muslim Obsession – Ustadz Bachtiar Nasir dalam khutbah yang disampaikan di Masjid AQL Islamic Center dengan tema “Menjaga Lisan”, Jumat (6/12/2024), menyampaikan pesan penting tentang menjaga lisan sebagai salah satu kunci keselamatan hidup.
Pada kesempatan itu, UBN menyinggung perlunya menjaga lisan dan perilaku, yang menurutnya, menjadi salah satu penyebab timbulnya permasalahan di Indonesia saat ini. Misalnya, kasus yang sedang viral, tokoh agama yang tak bisa menjaga lisannya, sehingga menjadi kegaduhan di jagad media akibat mengolok penjual es teh.
“Perlu digarisbawahi pentingnya menjaga lisan sebagai penentu nasib kita di dunia dan akhirat. Ketakwaan kepada Allah adalah kunci utama yang mampu membuka gerbang keberhasilan abadi, baik di dunia maupun di akhirat,” ujar UBN.
UBN menekankan bahwa ketakwaan sejati tidak hanya menyejukkan hati tetapi juga menjadi pelita yang menerangi jalan menuju ridha Allah. Oleh karena itu, umat Islam harus meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah, berislam sampai mati, dan mati dalam kondisi berpegang teguh pada Islam.
“Lisan adalah cermin hati. Lidah yang terjaga dari ucapan sia-sia dan menyakitkan merupakan tanda kebijaksanaan dan kematangan iman. Ucapan yang baik tidak hanya menyenangkan hati yang mendengarnya tetapi juga menjadi ibadah yang berbuah pahala. Sebaliknya, lidah yang tajam dapat melukai lebih dalam daripada pedang, dan satu kata yang terucap tanpa pemikiran matang bisa membawa penyesalan panjang bahkan mengantar ke jurang neraka,” ungkapnya.
UBN mengajak jamaah untuk berhati-hati dalam setiap kata yang keluar dari lisan, memilih kata-kata yang baik dan meninggalkan yang buruk. Meskipun berat untuk diucapkan, menjaga lisan adalah tanggung jawab setiap individu.
Dengan menjaga lisan, tidak hanya menjaga keharmonisan hubungan antar sesama manusia tetapi juga menunjukkan ketakwaan kepada Allah. Penting bagi setiap orang menjadikan setiap kata yang terucap sebagai refleksi dari hati yang bersih, niat yang tulus, dan akhlak yang mulia.
"Seperti memilih pakaian terbaik untuk dipakai, pilihlah kata-kata kita dengan bijak. Ucapan yang baik adalah keindahan yang memancar dari dalam diri," jelas UBN.
UBN menegaskan bahwa setiap ucapan manusia menjadi saksi atas amal perbuatannya di hadapan Allah SWT. Beliau mengutip sabda Rasulullah ﷺ: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pesan ini relevan, terutama dalam konteks penggunaan media sosial di era digital. UBN menyebutkan bahwa netizen sering kali tergelincir dalam dosa lisan, baik melalui komentar, unggahan, maupun pesan singkat.
UBN juga menegaskan bahwa menjaga lisan adalah bagian dari ketakwaan. Beliau mengutip firman Allah dalam QS. Al-Isra ayat 53:“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: 'Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik. Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.'”
Menurutnya, ucapan yang baik tidak hanya mendamaikan hati sesama manusia, tetapi juga menjadi ibadah yang berbuah pahala. Beliau menyerukan agar netizen lebih bijak dalam menggunakan media sosial, menjadikannya sarana untuk menyebarkan kebaikan, bukan kebencian.
UBN mengingatkan jamaah tentang bahaya lisan yang tidak terkendali. Ia menyebutkan beberapa bahaya dari lisan yang tidak terkendali. Pertama, menyakiti perasaan orang lain, yakni perkataan kasar yang tidak dipikirkan dengan baik sehingga dapat melukai hati orang lain. Allah memperingatkan dalam QS. Al-Isra [17]: 53 untuk mengucapkan perkataan yang lebih baik agar tidak timbul perselisihan.
“Kedua, menghancurkan reputasi dan hubungan sosial. Fitnah, gosip, atau umpatan dapat merusak hubungan sosial dan nama baik seseorang. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa ucapan yang salah dapat menjatuhkan seseorang ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat (HR. Muslim),” ulasnya.
Ketiga, mengundang dosa. Lisan yang digunakan untuk berdusta, mengumpat, atau berbicara tanpa ilmu dapat menjadi penyebab dosa besar. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa banyak dosa manusia berasal dari lisannya (HR. Thabrani).
“Keempat, seselamatan melalui menjaga lisan. Menjaga lisan dari ucapan buruk dan sia-sia adalah bentuk keselamatan. Sya’ir Arab menyebutkan bahwa keselamatan manusia terletak pada menjaga lisan,” jelasnya.
UBN mengajak jamaah untuk menerapkan beberapa langkah praktis dalam menjaga lisan. Pertama, berpikir sebelum berbicara. Bahwa setiap kata harus dipikirkan dampaknya. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa siapa yang menjaga lisannya akan dijamin surga (HR. Bukhari).
Kedua, memilih kata-kata yang baik. Allah mengibaratkan kalimat yang baik seperti pohon yang baik dalam QS. Ibrahim [14]: 24. Ketiga, menghindari perkataan yang sia-sia, yakni perkataan yang tidak bermanfaat hanya membuang waktu dan energi. Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa meninggalkan hal yang tidak bermanfaat adalah bagian dari kebaikan Islam (HR. Tirmidzi).
“Keempat, menggunakan lisan untuk kebaikan. Lisan dapat digunakan untuk berzikir, menyampaikan nasihat, atau menyebarkan ilmu. Allah berfirman dalam QS. An-Nahl [16]: 125 untuk menyeru kepada jalan Tuhan dengan hikmah dan pelajaran yang baik,” tambahnya.
Dalam khutbah kedua, UBN mengajak para jamaah untuk merenungkan firman Allah dalam Al-Qur'an yang berbunyi, "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar." Beliau menekankan bahwa Allah menjanjikan perbaikan amal dan pengampunan dosa bagi mereka yang berkata benar.
UBN mengajak para jamaah untuk berjanji, setelah mendengar khutbah ini, untuk hanya berkata yang benar dan bermanfaat. Ia menyatakan bahwa selama ini mungkin banyak yang sering mengejek atau berkata yang tidak berguna.
“Mulai hari ini, mari untuk mengamalkan perintah Allah dengan hanya berkata yang benar dan bermanfaat, serta memberikan nasehat yang baik,” ajaknya.
UBN menjelaskan dampak positif dari berkata yang benar, yaitu Allah akan memperbaiki akhlak dan memilihkan perbuatan yang benar. Bagi mereka yang berjanji setelah salat Jumat untuk berkata yang benar, Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka dan membimbing amal mereka dengan amal yang benar.
Menurutnya, hal ini termasuk dalam kategori "faqod faaza fauzan 'azhiman," yang berarti mereka telah menjadi pemenang dengan kemenangan yang besar.
UBN berharap seluruh jamaah dapat berjanji hari ini untuk hanya berkata yang benar, sehingga dosa-dosa mereka diampuni dan Allah membimbing amal mereka.
“Semoga Allah memberikan kekuatan kepada para kita untuk menjaga lisan, karena menjaga lisan tidak hanya menjaga keharmonisan hubungan antar sesama manusia tetapi juga menunjukkan ketakwaan kepada Allah,” pungkasnya. (Fath)
Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group