Empat Jenis Maksiat Hati dan Cara Menghindarinya

Empat Jenis Maksiat Hati dan Cara Menghindarinya

Muslim Obsession – Seluruh anggota tubuh manusia memiliki potensi besar untuk berbuat dosa dengan beragam bentuk maksiatnya. Tidak hanya tangan, kaki, mata, dan telinga, hal terparah boleh jadi terjadi jika hati yang sering melakukan maksiat.

Kenapa terparah? Pasalnya, hati merupakan pusat gerak seluruh anggota tubuh. Apalagi kemaksiatan hati yang sifatnya tersembunyi, sehingga sulit diidentifikasi dan diobati.

Oleh karena menjadi pusat gerak seluruh anggota tubuh, maka siapapun yang hendak menata dan menghindari kemaksiatan seluruh anggota tubuhnya, maka harus dimulai dengan menata dan membersihkan hati.

Syekh Abdullah ibn Hasan dalam kitab Sullam At-Taufiq mengingatkan bahwa setidaknya ada empat jenis kemaksiatan. Hal itu disampaikan Syekh Muhammad Nawawi dalam Syarah Sullam At-Taufiq (terbitan Daru Ihyail-Kutub al-‘Arabiyyah).

Pertama, Riya.

Seseorang yang bermaksiat hatinya dengan perbuatan riya akan selalu beramal karena ingin terlihat baik di mata orang lain. Maksiat hati ini sangat terlarang, bahkan Allah Ta’ala sendiri menyebutnya sebagai syirik kecil.

 فَمَن كَانَ يَرْجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا

“Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya,” (QS. Al-Kahfi [18]: 118).

Para ulama mengatakan, syirik dalam beribadah pada ayat ini adalah sifat riya atau beramal ingin terlihat orang lain. Tidak hanya itu, riya juga berarti tidak hanya beramal karena ingin dilihat orang lain. Tidak beramal karena takut terlihat orang lain juga termasuk riya yang dapat menggugurkan pahala amal itu sendiri, dan tergolong maksiat hati dan tercela.

Untuk menjauhi sifat riya, seseorang harus memperbaiki niatnya saat beramal. Tanamkan dalam hati, bahwa akibat sifat riya, amal yang dilakukan hanya akan sia-sia dan tanpa balasan dari yang Allah Ta’ala.

Berbuatlah sewajarnya, jangan berlebihan. Stabilkan hati saat berbuat kebaikan. Jangan terganggu jika ada yang memuji maupun saat ada yang mencela. Ingat, beramallah karena Allah, bukan karena manusia.

Kedua, ‘ujub.

Seperti riya, sifat ‘ujub juga dapat menghapus pahala amal. Sifat ini biasanya ditandai dengan sifat takabur, sombong, angkuh, dan menolak kebenaran yang ditandai dengan melihat diri lebih terhormat, lebih mulia, dan lebih agung dari orang lain, serta melihat orang lain lebih rendah dari kita.

Dalam Al-Quran, sifat ‘ujub dan sifat-sifat turunannya ini merupakan sifat yang tidak disukai Allah, sebagaimana dalam ayat yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong,” (QS. An-Nahl [16]: 23).

Selain itu, sifat sombong juga merupakan sifat yang membahayakan dan menjauhkan pelakunya dari balasan surga, sebagaimana yang diingatkan oleh Rasulullah saw dalam haditsnya:

 لا يَدْخُلُ  الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

“Tidak akan masuk surga bagi seseorang yang di dalam hatinya ada sebesar biji sawi dari sifat takabur,” (HR. Muslim).

Untuk menghindari sifat ‘ujub, sombong, dan takabur ini, maka sadarilah bahwa semua manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah. Semua manusia berasal dari tanah dan tercipta dari air hina.

Sadari pula bahwa yang membuat hamba istimewa di hadapan Allah hanyalah ketakwaan. Kendati ada perbedaan dan kelebihan harta atau jabatan, semua itu hanya titipan semata dari-Nya.

Ketiga, hasud dan dengki.

Hasud artinya sifat tidak suka terhadap nikmat yang ada pada orang lain, bahkan jika bisa nikmat itu hilang dari orang tersebut dan beralih kepada diri kita. Sementara sifat dengki adalah menyembunyikan kebencian dan permusuhan terhadap orang lain.

Orang yang memiliki sifat-sifat ini selalu merasa berat hatinya jika orang lain mendapat kebaikan atau nikmat. Dalam Al-Qur'an, Allah sudah mewanti-wanti sifat hasud dan dengki ini.

وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍۗ

“Janganlah kamu berangan-angan (iri hati) terhadap apa yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain,” (QS. An-Nisa [4]: 32).

Terkait hal ini, Rasulullah saw juga sudah mengingatkan perihal bahayanya sifat hasud.

 إِنَّ  الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ

"Sesungguhnya sifat hasud dapat memakan kebaikan seperti halnya api memakan kayu bakar,” (HR. Abu Dawud).

Selain itu, ada lima bahaya lain bagi pemilik rasa hasud dan dengki, yaitu selalu merasa bingung dan sempit yang tak berkesudahan, musibah yang tak mendapat balasan, bermunculannya perbuatan tak terpuji, terkuncinya pintu hidayah, dan tertimpanya murka Allah.

Untuk menghindari sifat hasud dan dengki, seseorang harus memperbanyak syukur dan rasa ridha terhadap pemberian Allah. Sebab, datangnya sifat hasud dan dengki ini biasanya datang dari hati yang tidak puas terhadap karunia Allah.

Keempat, ragu kepada Allah dan putus asa terhadap rahmat-Nya.

Sejatinya, seorang mukmin wajib memiliki ‘aqaidul iman dan keyakinan yang kuat terhadap Allah. Yakin terhadap wujud atau keberadaan-Nya dan sifat-sifat wajib lainnya. Keraguan kepada-Nya selain merupakan maksiat hati juga merupakan dosa besar.

Demikian halnya dengan sifat putus asa terhadap rahmat dan ampunan Allah. Hal itu jelas merupakan hal yang dilarang dan tidak disukai Allah Ta’ala.

لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًاۗ

“Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah Dzat yang mengampuni semua dosa,” (QS. Az Zumar [39]: 53).

Dari sifat ragu dan putus asa terhadap rahmat Allah, biasanya lahir sifat-sifat buruk lainnya seperti tidak sabar, tidak tawakal, menafikan takdir, bahkan sifat buruk sangka pada Allah.

Untuk menghindari sifat buruk sangka pada Allah, tingkatkan keimanan, keyakinan, dan keilmuan tentang Allah. Ingat, apa pun yang berikan kepada hamba-Nya adalah baik dan mendatangkan hikmah. Hanya pengetahuan kita saja yang terbatas dan tidak mengetahui rahasia-Nya.

Semoga Allah Ta’ala memberi pertolongan kepada kita agar terhindari dari keempat maksiat hati tersebut, seraya berharap kita kembali kepada-Nya dengan membawa qalbun salim, hati yang selamat.

Wallaahu a’lam bish shawab.



Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group