Mencari Lokasi Gunung Judi Tempat Mendaratnya Kapal Nabi Nuh
Gunung Judi yang disebut sebagai tempat mendaratnya bahtera Nabi Nuh usai banjir besar melanda bumi.

Jakarta, Muslim Obesession - Penyebutan kata gunung dalam Al-Quran diungkapkan dengan kata jabal (jamak: jibāl). Kata ini disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 39 kali: 6 di antaranya dalam bentuk tunggal (singular) dan sisanya dalam bentuk jamak (plural).
Salah satu nama gunung yang disebut adalah Gunung Judi yang disebut sebagai tempat mendaratnya bahtera Nabi Nuh usai banjir besar melanda bumi.
Seperti yang tertera dalam Surah Hūd/11: 44, yang memberitakan bahwa bahtera Nabi Nuh berlabuh di Gunung atau Bukit Judi.
وَقِيْلَ يٰٓاَرْضُ ابْلَعِيْ مَاۤءَكِ وَيٰسَمَاۤءُ اَقْلِعِيْ وَغِيْضَ الْمَاۤءُ وَقُضِيَ الْاَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُوْدِيِّ وَقِيْلَ بُعْدًا لِّلْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ ٤٤
“Hai bumi telanlah air- mu, dan Hai langit (hujan) berhentilah,”dan air pun disurutkan, perintah pun di- selesaikan dan bahtera itu pun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan, “Binasalah orang-orang yang zalim.”(Hūd/11: 44)
Seperti diriwayatkan, kisah Nabi Nuh AS yang paling populer adalah mengenai banjir besar yang menenggelamkan kaumnya yang durhaka. Sebelum kaumnya, termasuk anaknya dibinasakan oleh banjir, Nabi Nuh telah mempersiapkan sebuah kapal atau bahtera.
Akhirnya, Nabi Nuh pun berhasil membuat kapal yang akhirnya mengangkut semua manusia beriman dan hewan-hewan agar tak punah. Dalam berbagai literarur, diperkirakan, peristiwa ini terjadi sekitar 4.800 tahun lalu.
Saat hukuman berupa banjir besar itu tiba, kapal Nabi Nuh telah siap. Kapal ini lantas terombang-ambing selama 40 hari, hingga akhirnya ketika banjir surut kapal ini terdampar di Gunung Judi atau bukit Judi.
Lalu diimana lokasi bukit Judi tempat berlabuhnya bahtera Nuh?. Ada yang mengatakan bahwa ia berada di Armenia, ada yang mengatakan di Iraq, ada yang mengatakan di Turki atau juga di daerah Yaman.
Mereka yang mengatakan bahwa bahtera Nuh tersebut berada di Armenia berdasarkan pada apa yang diberitakan didalam injil bahwa bahtera itu terdampar di bukit Ararat.
Namun ada juga yang mengatakan bahwa Ararat bukanlah sebuah bukit akan tetapi ia adalah sebuah perbukitan yang memanjang antara Armenia, Turki dan Iraq bagian utara sementara bukit Judi adalah salah satu bukit dari perbukitan Ararat itu.
Maulana Yusuf Ali dalam Tafsir Alquran menyatakan, bahwa gunung atau bukit Judi berada di suatu wilayah yang meliputi distrik Bohtan di Turki dekat perbatasan negara- negara Turki, Irak dan Suriah sekarang ini. Dataran tinggi dari rangkaian pegunungan ararat yang besar mendominasi wilayah ini.
Sementara itu Imam Ath Thobari mengatakan dari Ishaq bahwa bahtera itu berada di air selama satu tahun, melewati baitullah dan melakukan perputaran (thawaf) sebanyak tujuh kali lalu Allah mengangkatnya agar tidak tenggelam kemudian menuju Yaman dan kembali lagi ke Judi dan berlabuh di sana.
Didalam al Bidayah wa an Nihayah, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa bukit Judi adalah bukit besar yang berada disebelah timur Jazirah Ibnu Umar hingga ke sungai Dajlah, berada dipinggiran al Maushul, (panjang bukit itu) dari selatan hingga utaranya sepanjang tiga hari perjalanan dan memiliki ketinggian sepanjang setengah hari perjalanan.
Ia adalah bukit yang hijau karena ditumbuhi pepohonan dari eek (kayu) yang disampingnya terdapat sebuah desa yang bernama desa ats tsamanin sebagai tempat tinggal orang-orang yang diselamatkan bersama Nuh yang berada didalam bahtera itu. Tentang lokasi ini, Ibnu Katsir juga menyebutkan bahwa tidak hanya satu orang ahli tafsir yang menyebutkannya.
Dilakukan Penelitian
Pada tahun 2021, sebuah tim arkeolog dan ahli geologi memulai sebuah proyek ambisius di Turki dengan tujuan untuk meneliti dan mengungkapkan misteri gundukan berbentuk perahu yang konon menjadi tempat peristirahatan Bahtera Nabi Nuh. Proyek ini telah menjadi perbincangan hangat karena menarik perhatian masyarakat internasional.
Tim yang terdiri dari ahli dari Universitas Teknik Istanbul, Universitas Andrew, dan Universitas Agrı İbrahim Cecen (AİCU) telah bekerja keras selama hampir satu tahun di lokasi yang terletak di distrik Doğubayazıt di Agrı, Turki.
Formasi geologi yang menjadi fokus penelitian ini adalah gunung tertinggi di Turki yang tingginya mencapai 16.500 kaki (5.029 Meter). Sejak penemuan formasi tersebut pada tahun 1956, masyarakat telah menyebutnya sebagai potensi lokasi Bahtera Nabi Nuh. Gunung ini bahkan memiliki tampilan seperti sebuah bahtera.
Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan sampel batuan dan tanah dari lokasi tersebut pada Desember 2022, yang selanjutnya akan dianalisis oleh laboratorium ITU. Tim peneliti berharap bahwa hasil analisis ini akan memberikan bukti yang lebih konkret mengenai usia dan aktivitas manusia di gundukan berbentuk perahu ini, yang diyakini berkaitan dengan kisah Alkitab tentang Banjir Besar.
Hasil analisis awal dari sampel batuan dan tanah yang dikumpulkan oleh tim peneliti menunjukkan bukti yang menarik. Sampel tersebut mengandung bahan tanah liat dan laut, serta jejak makanan laut. Menurut para peneliti, temuan ini mengindikasikan adanya aktivitas manusia di lokasi tersebut antara tahun 5500 hingga 3000 SM.
Kisaran waktu ini sejalan dengan perkiraan masa banjir besar dalam Alkitab, yang dinyatakan terjadi sekitar 5.000 tahun yang lalu. Penelitian ini memberikan harapan bahwa situs geologi ini mungkin adalah lokasi yang sebenarnya dari Bahtera Nabi Nuh. Namun, penelitian masih berlangsung, dan para peneliti menyadari bahwa diperlukan lebih banyak bukti dan analisis yang mendalam untuk memastikan keaslian temuan mereka.
Profesor Faruk Kaya dari Universitas Agrı İbrahim Cecen mengatakan bahwa hasil awal ini mengungkap aktivitas manusia dalam kurun waktu yang relevan dengan kisah banjir, tetapi masih memerlukan waktu yang lebih lama untuk memverifikasi keberadaan kapal itu dengan pasti.
Sementara temuan ini telah menarik perhatian dan harapan, perlu dicatat bahwa ada pendapat yang berbeda dalam komunitas ilmiah. Dr. Andrew Snelling, seorang kreasionis muda Bumi dengan gelar Ph.D. dari University of Sydney, sebelumnya berpendapat bahwa Gunung Ararat tidak bisa menjadi lokasi Bahtera karena menurutnya gunung tersebut baru terbentuk setelah air banjir surut.
Selain itu, sebagian besar sarjana dan arkeolog tidak menganggap cerita Bahtera Nabi Nuh sebagai kejadian harfiah dalam sejarah. Meskipun begitu, penelitian ini tetap menciptakan debat dan antusiasme di kalangan yang mempercayai kisah tersebut secara harfiah.
Namun, sederet ekspedisi Kapal Nuh sebenarnya justru mendapat banyak penolakan dari arkeolog maupun ahli Alkitab. “Tidak ada arkeolog yang mumpuni untuk melakukan ini,”kata Jodi Magness, seorang arkeolog dari Universitas Carolina Utara, Chapel Hill.
“Arkeologi bukan perburuan harta karun,”tambahnya. “Arkeologi bukanlah tentang usaha menemukan objek tertentu, melainkan sains di mana para arkeolog mengajukan proposal penelitian yang diharap dapat terjawab dengan berlangsungnya penggalian arkeologis.”
Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group