Dijamin Halal, Vaksin Merah-Putih Simbol Kemajuan dan Kemandirian Bangsa

Dijamin Halal, Vaksin Merah-Putih Simbol Kemajuan dan Kemandirian Bangsa
Uji Coba SWAB Test di Mobile BSL-2 (Bio Safety Level), Launching Aplikasi Covid-19, dan Penandatanganan MoU dengan Para Donatur, Selasa (16/6/2020). (Foto: ristekbrin)

Muslim Obsession –Wabah virus Corona (COVID-19) yang menjangkit seluruh masyarakat dunia membuat banyak negara melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan vaksin, tak terkecuali pemerintah Indonesia.

Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) saat ini terus melakukan pengembangan vaksin yang disebut Vaksin Merah-Putih seiring dibukanya peluang kerja sama pengembangan vaksin bersama negara-negara sahabat.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro menegaskan, Vaksin Merah-Putih merupakan vaksin yang dikembangkan secara mandiri oleh Indonesia, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, dengan titik berat pada empat faktor: kecepatan, efektivitas, akurasi, dan kemandirian.

Pengembangan vaksin ini dikerjakan oleh Tim Pengembangan Vaksin Merah-Putih yang dipimpin Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, dengan platform protein rekombinan dan beberapa platform lainnya. Sensitivitas dan efektivitas Vaksin Merah-Putih akan berpeluang lebih tinggi karena menggunakan isolat virus COVID-19 yang bersirkulasi di Indonesia.

Pada saat ini diseluruh dunia terdapat 7 pendekatan desain vaksin yang sedang dikembangkan, yaitu protein rekombinan, inactivated, adenovirus, peptidarekombinan, partikel seperti virus atau Virus-Like Particle (VLP), vaksin berbasis asam nukleat (DNA dan RNA), dan teknologi inovasi berbasis kandidat vaksin.

Saat ini, LBM Eijkman tengah mengembangkan vaksin menggunakan platform protein rekombinan yakni S dan N, dengan menggunakan sistem ekspresi sel mamalia dan yeast. Tahapan pembuatan vaksin diawali dengan menggabungkan materi genetik virus SARS-CoV-2 ke dalam vektor ekspresi protein, untuk kemudian diekspresikan di sel mamalia atau yeast tersebut.

Setelah protein rekombinan didapatkan, akan digunakan sebagai kandidat vaksin dari antigen virus yang terbentuk. Tahapan berikutnya adalah uji imunogenisitas dan efikasi di hewan coba sebelum berlanjut ke tahap scale up seed vaccine, uji klinis pada manusia, dan produksi vaksin skala besar. Untuk produksi vaksin akan dilakukan oleh Bio Farma sebagai satu-satunya produsen vaksin di Asia Tenggara.

“Pada Februari atau Maret 2021 diperkirakan seed vaccine sudah siap diserahkan ke industri untuk tahapan scale up. Diharapkan pengembangan Vaksin merah-Putih ini dapat menjadi solusi dalam pemenuhan kebutuhan vaksin bagi seluruh masyarakat Indonesia,”terang Menristek/Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro.

Platform protein rekombinan yang digunakan pada Vaksin Merah-Putih dianggap lebih aman dibandingkan dengan vaksin DNA dan RNA dalam hal replikasi protein, serta lebih aman daripada keseluruhan virus yang dilemahkan atau dibunuh, karena tidak memerlukan pengembangbiakan virus dalam jumlah besar.

Vaksin Merah-Putih Dijamin Halal

Sejak awal LBM Eijkman dan Bio Farma melibatkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) dalam pengembangan vaksin guna memastikan kehalalan vaksin. Keterlibatan dua lembaga terpercaya yang khusus menangani sertifikasi produk halal ini tentunya memperkuat status kehalalan bagi Vaksin Merah-Putih, sehingga diharapkan masyarakat Indonesia yang mayoritas penganut agama Islam tidak perlu ragu untuk menggunakannya.

“Intinya kami berupaya sebaik mungkin agar masalah kehalalan ini bisa dijamin. Itu berlangsung sejak awal pengembangan hingga produksi nanti,”jelas Menristek/Kepala BRIN.

Secara umum, pengembangan vaksin buatan dalam negeri ini melibatkan berbagai pihak. Kementerian, lembaga, dan universitas yang terlibat antara lain Kemenristek/BRIN, Kementerian BUMN, Kementerian Kesehatan, LBM Eijkman, Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bio Farma, Kalbe Farma, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes).

Beberapa perguruan tinggi yang terlibat adalah Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Sebelas Maret, Universitas Udayana, Universitas Gadjah Mada, Universitas Andalas, Institut Pertanian Bogor, Universitas Brawijaya, Universitas Padjajaran, Universitas Hasanuddin, dan Universitas Sumatera Utara.

Vaksin Merah-Putih bukan saja bermakna sebagai simbol kemajuan ilmu pengetahuan yang dimiliki peneliti dan ilmuwan kita, tapi juga simbol kemandirian bangsa dan sebagai upaya mendorong substitusi impor dalam bidang produk-produk kesehatan untuk percepatan penanganan COVID-19. Ke depannya, pemerintah dan masyarakat harus terus bersinergi mendukung pengembangan Vaksin Merah-Putih sebagai momen bersejarah bangsa.

Inovasi untuk Kemandirian Bangsa

Terkait merespons pandemi COVID-19, Kemenristek/BRIN terus melakukan kegiatan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan (Litbangjirap), untuk memperbaiki dan menghasilkan produk inovasi dalam rangka kemandirian bangsa di bidang alat kesehatan dan bahan baku obat.

Kemenristek/BRIN sangat mengapresiasi Bapak Presiden RI yang telah meluncurkan produk inovasi untuk percepatan penanganan COVID-19 pada 20 Mei 2020, tepat pada hari peringatan HARKITNAS dan menandai “Kebangkitan Inovasi Indonesia”.

Produk-produk ini merupakan beberapa dari 61 jenis produk inovasi untuk percepatan penanganan COVID-19, yaitu sebanyak 5 ventilator dengan izin edar, inovasi Rapid Diagnostic Test (RDT) untuk deteksi IgG/IgM terhadap SARS-CoV-2, perlengkapan PCR test kit , Reverse-Transcriptase Loop-Mediated Isothermal Amplification (RTLAMP) Turbidity , deteksi dini COVID-19 berbasis Microchip Surface Plasmon Resonance (SPR), Mobile Laboratory BSL-2, produk sel punca, pengembangan Vaksin Merah-Putih, dan imunomodulator.

Lima ventilator yang telah mendapatkan izin edar, hasil inovasi ITB-Salman-Unpad, UI, LIPI, BPPT, dan PT Dharma, telah diproduksi lebih dari 1.000 ventilator, sebagian besar merupakan bantuan untuk masyarakat dan telah disalurkan ke rumah sakit di seluruh Indonesia. Selanjutnya Tim Jogja, dipimpin UGM, menghasilkan tipe ventilator ICU yang telah lulus uji Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan Kemenkes.

“Inovasi RDT dilakukan atas kerja sama BPPT, UGM, dan Unair yang hasilnya diproduksi oleh perusahaan dalam negeri dengan kapasitas pada Agustus sebanyak 350 ribu/bulan, dan kedepannya ditingkatkan menjadi 1 –20 juta/bulan. Segera, juga akan diluncurkan rapid test IgG dan IgM secara terpisah. Adapun perlengkapan PCR test kit yang dikembangkan telah diproduksi Bio Farma sebanyak 1,4 juta kit/bulan, dan pada September akan menjadi 2 juta kit/bulan,”ungkap Menristek/Kepala BRIN.

Selain itu, sedang disiapkan test yang diharapkan dapat setara dengan PCR. Pertama, Reverse-Transcriptase Loop-Mediated Isothermal Amplification (RTLAMP) Turbidity, inovasi LIPI yang memiliki kelebihan yaitu lebih memungkinkan dilakukan di Faskes dengan fasilitas yang lebih sederhana dengan hasil kuantitatif dan kualitatif.

Kedua, inovasi deteksi dini COVID-19 berbasis Microchip Surface Plasmon Resonance (SPR) kerja sama BPPT, ITB dan UNPAD, yakni teknik deteksi yang memiliki reprodusibilitas tinggi, real time, dan relatif murah. Reagen utamanya dapat kita produksi sendiri dan hanya butuh satu jenis reagen utama, sehingga lebih efisien. Selain itu, pemrosesan deteksi virus langsung dan kecepatan deteksi yang lebih cepat, 30 menit sampai maksimal 2 jam. Saat ini sudah ada mitra swasta yang siap bekerja sama.

Mobile Lab BSL-2 karya BPPT telah dipesan sejumlah 12 buah oleh berbagai pihak. Kini tim BPPT sedang membuat versi mobil berbasis bus yang lebih user-friendly dan murah. Mobile Lab BSL-2 telah memenuhi Standar WHO (BSL 2+), memenuhi standar laboratorium pengujian dengan sertifikasi Kemenkes tentang laboratorium klinik, mudah dipindah tempatkan, dan dilengkapi Aplikasi Pantau COVID-19.

Tim Sel Punca RSCM-FKUI-Kimia Farma telah melaksanakan uji klinis fase-3. Produk sel punca telah diujicobakan sebagai terapi adjuvant pada pasien COVID-19 derajat kritis untuk mengatasi badai sitokin, melalui kemampuan imunomodulasi pada sel punca. Produk ini diharapkan dapat memperoleh izin edar dari BPOM tahun ini.

Sebagai upaya Kemandirian Kesehatan dan Bahan Baku Obat Nasional, pengembangan Vaksin Merah-Putih terhadap semua strain virus COVID-19 terus dilakukan. Saat ini, upaya produksi protein rekombinan untuk membuat vaksin telah diselesaikan. Tim Vaksin Merah-Putih juga akan mencoba platform lainnya. Tidak terbatas pada LBM Eijkman, para peneliti vaksin terbaik dari berbagai perguruan tinggi, LPNK, Kementerian/Lembaga, dan badan usaha akan turut melaksanakan tugas mulia ini.

Selanjutnya, produk Imunomodulator berbahan herbal yang merupakan kombinasi dari jahe merah, sambiloto, meniran, sembung, dan jamur cordyceps. Hasil penelitian membuktikan bahwa senyawa aktif dari berbagai herbal asli Indonesia yang telah digunakan sejak zaman dahulu oleh masyarakat kita, dapat memulihkan respon imun, menekan peradangan, dan melawan infeksi virus. LIPI bersama mitra dan asosiasi terapi tradisional Indonesia melakukan riset dari proses skrining, uji in silico, penentuan kandidat, dan uji klinis. Saat ini uji klinis beberapa herbal masih berlangsung di RS Darurat Wisma Atlet.

Kemenristek/BRIN juga menyambut baik upaya semua pihak untuk mengembangkan obat, baik obat modern (OMAI-Obat Modern Asli Indonesia), fitofarmaka, obat herbal, obat tradisional, baik untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit secara umum maupun yang dapat melemahkan/membunuh Virus Corona, sepanjang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Lainnya, di bawah kepemimpinan Bambang PS Brodjonegoro sejak Oktober 2019, Kemenristek/BRIN telah berhasil melakukan banyak capaian. Antara lain capaian pelaksanaan Prioritas Riset Nasional yang fokus pada produk-produk yang diyakini menjadi substitusi impor. Di antaranya adalah, pertama, sebagai upaya untuk subsitusi impor dalam bahan bakar minyak, telah dikembangkan teknologi Katalis Merah Putih untuk mengolah minyak sawit dan minyak inti sawit untuk menjadi bahan bakar nabati seperti bensin, solar, maupun avtur.

Kedua, konsep industri garam terintegrasi, dimana Kemenristek/BRIN ingin mengurangi ketergantungan impor garam industri, baik untuk industri makanan, obat, maupun kosmetik. Teknologi ini dikembangkan sehingga garam rakyat yang kualitasnya rendah bisa di-upgrade menjadi standard garam industri. Hal ini dilakukan agar bisa membantu meningkatkan kesejahteraan petani garam. Hal yang sama juga bisa dirasakan oleh petani kebun sawit yang produknya juga nanti diserap untuk keperluan bahan bakar nabati.

Ketiga, untuk mengurangi ketergantungan impor alat utama sistem persenjataan (alutsista) khususnya drone untuk keperluan militer, maka saat ini Kemenristek/BRIN sudah mulai mengembangkan drone kombatan pertama di Indonesia dengan nama Elang Hitam. Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) Elang Hitam yang berkemampuan terbang selama 24 jam dengan dilengkapi senjata hasil produksi PT. Dirgantara Indonesia.

Pesawat ini berfungsi dalam sistem pertahanan maritim, sebagai: penginderaan, pemantauan, pengawasan, pengintaian dan intelijen (P4I), serta penindakan terhadap ancaman maritim. Saat ini, PUNA MALE Elang Hitam sedang dalam proses memperoleh Sertifikat Tipe dari Indonesia Military Airworthiness Authority (IMAA).

Dan keempat, untuk mendukung program Tol Laut, Kemenristek/BRIN mengembangkan pesawat angkut berjenis Amphibi N219A dengan teknologi composite (smart, light, and green technology). Pesawat N219A memiliki komponen desain bentuk float yang optimum untuk perairan di Indonesia.

“Pesawat ini difungsikan untuk berbagai keperluan, seperti: pesawat penumpang, kargo, charter industri lepas pantai, SAR dan bencana, hingga pelayanan kesehatan (ambulans udara),”pungkasnya. (Adv)

 

 

 



Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group