Rasmu Tidak Menentukan Islammu!

866

Setelah mengalami ragam kritikan atas “rigiditas”, baik dalam pandangan agama maupun politiknya, saat ini Saudi ingin menyampaikan kepada dunia bahwa kini Saudi sudah mengalami reformasi.

Tapi reformasi itu ternyata juga mengalami kebablasan. Mentalitas teokratis Yang bersifat hitam putih tidak siap menerima lingkungan “kebebasan”. Akibatnya terjadi penangkapan masif mereka yang dianggap berseberangan dengan penguasa.

Peristiwa mutakhir adalah kematian atau tepatnya pembunuhan secara sadis seorang Wartawan senior, Jamal Kashogy. Diyakini oleh banyak kalangan bahwa pembunuhan itu tidak dapat dilepaskan dari kekritisannya kepada pemerintahan Saudi.

Kebebasan yang diberikan di satu pihak kepada kaum wanita untuk mengendarai mobil ternyata dapat dicurigai sebagai “taqiyah” semata untuk menutupi ragam pelanggaran HAM. Ribuan ulama dan aktifis saat ini sedang dipenjarakan di Saudi Arabia.

Mungkin yang paling menyayat “hati iman” adalah kenyataan bahwa Saudi Arabia memilih bergandengan tangan dengan Donald Trump. Menutup mata dari kenyataan bahwa secara domestik Donald Trump memperlakukan kebijakan anti Islam dan Muslim.

Tentu yang terpenting adalah diamnya Saudi sebagai negara yang harusnya masih punya kharisma di Timur Tengah terhadap kebijakan Donald Trump mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel.

Bahkan Saudi ada di baris terdepan menyerang dua wanita muda Muslimah yang baru terpilih menjadi anggota Kongres Amerika, Ilhan dan Rashida. Keduanya oleh Saudi dituduh sabagai anggota “Ikhwanul Muslimun”. Entah siapa sponsor di balik tuduhan itu. Yang pasti sangat menggerahkan umat Islam Amerika.

Juga baru dua hari lalu Pangeran MBS justeru membela China dalam kebijakannya yang refressif terhadap warga Muslim Uighur. Bahkan ikut memberikan pembenaran bahwa itu adalah hak China untuk memberantas radikalisme di negara mereka.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here