Ramadhan, Bukti Islam Ajarkan Moderasi Bukan Radikalisme

498
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid.

Jakarta, Muslim Obsession – Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) mengemukakan fakta bahwa selama satu bulan Ramadhan umat diajarkan untuk mempraktikkan ibadah murni dan kegiatan ibadah sosial, baik oleh umat Islam di Indonesia maupun umat Islam di seluruh dunia.

Menurutnya, fakta tersebut semakin menunjukan bahwa agama Islam mengajarkan moderasi dan toleransi, bukan ajaran radikalisme atau ekstremisme yang selama ini dituduhkan para penganut Islamophobia.

Demikian dikemukakan HNW saat menyampaikan taushiyah Ramadhan dalam kegiatan reses DPR dengan Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jakarta Selatan dan DPC PKS Kebayoran Lama di Jakarta Selatan, Ahad (2/5/2021).

“Kegiatan sosial yang dilakukan sebagai bagian ibadah di bulan Ramadhan mengkoreksi pandangan para Islamophobia bahwa Islam itu anti-sosial, tidak bisa membaur, kerap mengkafirkan dan membidahkan,” ujarnya dalam rilis yang diterima Jumat (7/5).

BACA JUGA: HNW Desak RUU Perlindungan Tokoh dan Simbol Agama Segera Disahkan

HNW menegaskan, kegiatan sosial umat Islam secara kolosal di tingkat nasional dan dunia justru menunjukkan wajah Islam sesungguhnya, yakni inklusif, bisa bergerak bersama dengan yang lain, menghadirkan beragama yang membantu dan menghormati orang lain dan mencintai kebersamaan.

Selama ini, jelasnya, agama Islam kerap menjadi sasaran serangan Islamophobia yang menuding Islam itu radikal, ekstrem, teroris, eksklusif, intoleran dan lain sebagainya dengan hanya melihat segelintir orang yang mengaku beragama Islam dan melakukan tindakan yang tercela.

“Seharusnya yang dilihat bukan perilaku segelintir orang yang tidak mencerminkan ajaran Islam itu, tetapi justru mayoritas umat Islam di dunia yang selalu berupaya berkontribusi kepada masyarakat,” ungkap Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.

BACA JUGA: Ramai Ditolak, HNW Desak Jokowi Cabut Perpres Miras

Ia menuturkan bahwa ajaran Islam di bulan Ramadhan ini yang paling utama adalah berpuasa, yaitu internalisasi nilai dan ideologi saling menjaga serta mengalahkan emosi, ego, dan hawa nafsu.

“Implementasi ini dalam konteks ibadah selama bulan Ramadhan, sudah dilakukan bukan hanya dalam tataran personal, tetapi juga ditunjukan dalam berbagai kegiatan sosial yang berskala nasional bahkan internasional”ujarnya.

Ramadhan ajarkan persatuan

HNW mencontohkan selain berpuasa, selama Ramadhan juga ada kegiatan zakat yang mengajarkan saling peduli dan saling membantu kepada para rakyat miskin (dhuafa), takjil (hidangan buka puasa) di jalan yang mengajarkan tentang persatuan, guyub dan rukunnya sesama warga, hingga tarawih-tarawih di masjid yang tidak lagi memiliki sekat-sekat di kalangan umat.

“Dengan pelaksanaan prokes Covid-19 yang ketat, masjid-masjid menyelenggarakan ibadah tarawih secara terbuka dan toleran, dimana yang datang sebagai jamaah adalah umat dari berlatar belakang ormas atau madzhab apapun. Ada yang shalat tarawih dan witir 23 rakaat dan ada yang 11 rakaat. Mereka tetap menjaga ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathaniyah,” jelasnya.

Menurut HNW, praktek beragama seperti ini merupakan tradisi yang telah dicontohkan oleh para founding parents bangsa Indonesia sejak dulu. Dalam konteks sejarah, setidaknya ada banyak ajaran Islam dan peristiwa penting di dalam Islam yang melekat dalam sejarah bangsa Indonesia.

BACA JUGA: HNW: Cadar Tak Ada Kaitannya dengan Radikalisme dan Terorisme

“Karena proklamasi Kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia itu ternyata juga dikumandangkan pada tgl 9 Ramadhan 1364 Hijriah,” tuturnya.

“Itu penting dimaknai bahwa dengan Ramadhan, maka umat Islam dan bangsa Indonesia diingatkan peran mensejarah dan konstruktif Umat Islam dalam menghadirkan dan menjaga Indonesia Merdeka, agar generasi sekarang tidak buta sejarah, dan terjebak pada Islamophobia maupun Indonesiaphobia. Tetapi Umat myour mterus istiqamah lanjutkan peran mensejarah tersebut untuk ikut menjaga dan memajukan NKRI,” tambahnya.

HNW menegaskan bahwa pengalaman ibadah dan kegiatan sosial selama sebulan di bulan Ramadhan ini seharusnya bisa menunjukan bahwa Islam benar-benar agama praksis yang rahmatan lil ‘aalamin (rahmat untuk seluruh alam), sehingga dapat menjadi bekal untuk memajukan kehidupan Umat dan  bangsa di bulan-bulan berikutnya, sehingga bertemu kembali dengan Ramadhan di tahun depan.

“Itu akan semakin bisa dilaksanakan dengan kerja sama yang baik antara seluruh komponen umat dan bangsa, baik yang di Organisasi Kemasyarakat Islam dan Organisasi Politik Islam maupun yang ada di parlemen,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua DMI Jaksel Drs. Edy KS menyambut positif pandangan dan taushiyah yang disampaikan HNW. Ia mengapresiasi dukungan HNW terhadap DMI dan kegiatan-kegiatan kemasjidan, dan berharap agar dukungan tersebut bisa terus berlanjut. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here