Pusingnya Mengurus 15,3 Juta Boks Katering

1246

Oleh: Helmi Hidayat (Konsultan Ibadah PPIH, Dosen UIN Jakarta)

Semua petugas haji di sektor enam Mahbas Jin, Makkah,  setiap hari sibuk dengan tugas masing-masing. Salah satunya  adalah petugas katering. Mereka nyaris tak bisa tidur nyenyak sebelum 18.600 jemaah haji di sektor itu benar-benar kenyang.

Satu saja perusahaan katering terlambat mengantar makanan, atau makanan basi, jemaah pasti gaduh. Padahal, mereka tersebar di sembilan hotel, rata-rata hotel bertingkat 15. Bayangkan jika katering di hotel 603 terlambat datang, sedang ada makanan di hotel 609 kedapatan basi, betapa repotnya petugas katering mengendalikan keadaan.

Inilah yang dialami oleh Amran Alqasdijal, lelaki asal Merauke yang sejak dari Indonesia sudah ditugaskan menjadi petugas katering di sektor enam.

Untungnya sesekali saja kasus katering terlambat atau makanan basi terjadi. Jika setiap hari kasus itu terjadi, bisa dipastikan lelaki yang tak tahu arti “Alqasdijal’’ pada namanya itu bakal dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) karena stres.

Tadi saja, saat ditemui Sabtu (02/09) malam, dia baru saja bertengkar dengan pemilik Al Esnad Al Masi Kitchen, perusahaan katering asal Mesir, karena perusahaan itu tak mau menandatangani berita acara ‘’kesalahan’’ yang dibuatnya.

‘’Perusahaan itu bikin salah, 20 boks kateringnya rusak. Dia memang sudah ganti dengan makanan baru, tapi Arab Mesir itu tak mau tanda tangan karena takut nama perusahaannya jelek,’’ kata Amran yang di media sosial bernama Amran Syariah.

Dulu di awal bertugas di Makkah, saat jam makan siang, lelaki berputra tiga ini lebih sering terlihat di masjid usai salat zuhur ketimbang makan siang. Ketika para jemaah lain asyik makan, dia malah lama menengadah ke langit usai salat. Diam-diam saya menikmati Amran bercanda dengan Tuhannya di masjid, bahkan beberapa kali saya foto secara candid.

Dia mengadu pada Allah dan minta kekuatan pada Sang Maha Perkasa agar diberikan ilmu manajemen ‘’ladunni’’. Itu terjadi karena dia mengaku pusing sekali mengurusi distribusi akumulasi 1.116.000 boks katering di sektor enam, tempat kami tinggal.

Saat itu dia belum menemukan manajemen yang pas untuk mendistribusikan semua kebutuhan pangan itu. Hingga pukul 02:00 dini hari ketika semua petugas dan jemaah telah terlelap tidur, Amran masih berkutat dengan berjilid-jilid kertas laporan katering di koridor hotel!

Tapi, seiring waktu berjalan, dia dan kawan-kawan yang dibawahinya menemukan metode tersendiri yang tidak dia dapatkan di ruang pelatihan di Jakarta. Allah benar-benar menurunkan kepadanya ‘’ilmu ladunni’’. Dia bahkan menemukan metode mencatat boks-boks katering yang sudah diterima setiap kloter.

Harap dimaklumi, setiap kloter datang di waktu berbeda-beda. Jika kloter A datang satu hari lebih awal, berarti kuota jatah mereka tidak sama dengan jatah kloter B yang datang tiga hari kemudian.

Amran kini tak lagi sulit membagikan hak setiap jemaah atas 20 paket makan pagi, 20 paket makan siang dan 20 paket makan malam. Urusan makan pagi dia merasa bebas karena paket makan pagi berisi teh, kopi, gula, kecap botol, sambal botol, gelas dan sendok diberikan secara lumpsum di awal kedatangan.

Dia hanya tinggal membagikan pasangan teh atau kopi pagi itu, mulai dari croissant isi, cup cake dan mie instant, yang kebetulan oleh perusahaan katering dititipkan pada jatah makan malam yang datang setiap pukul 16:00 – 20:00.

Kisah tentang Amran di sektor enam hanyalah potret kecil dari ‘’njelimetnya’’ distribusi katering di Makkah, Madinah, juga Jeddah. Dalam laporan akhirnya kepada delegasi amirul haj di Jeddah, Rabu (29/8) lalu, Dirjen PHU Prof. Dr. Nizar Ali menyebutkan bahwa pada 2018 ini panitia haji mendistribusikan 15,3 juta boks katering buat 203.351 jemaah haji Indonesia.

Semua masakan itu digodok oleh 72 perusahaan katering yang ada di tiga kota besar Arab Saudi itu. Jika MURI bersedia, mestinya Kemenag berhak mendapatkan sertifikat “Guinness Book of Record’’. Siapa yang mampu menyediakan sekaligus mendistribusikan 15.300.000 boks katering selama dua bulan?

Saat mengunjungi dua perusahaan katering di Makkah, saya kagum. Dapur mereka bersih, kompor yang digunakan canggih, wajan mereka pun besar-besar cukup untuk memasak satu ekor unta atau satu karung beras sekali masak. Semua bumbu dapur diusahakan cocok buat lidah bangsa Indonesia.

Anda akan kaget melihat setiap hari isi boks-boks katering itu berganti secara dinamis. Jika hari ini boks berisi nasi pecel Madiun, esok berisi bakso Malang, dan esoknya lagi berisi daging semur. Sayur asem, tahu, tempe, juga kerupuk juga tersedia. Satu-satunya menu yang belum pernah saya lihat adalah rawon setan dan sambel kuntilanak!

Pemerintah daerah Makkah atau Madinah, disebut ‘’baladiyah’’, punya peraturan keras buat menjaga kualitas makanan. Pertama-tama, gas untuk memasak harus dipasang di luar dapur, tidak boleh dipasang di dalam. Tujuannya jika gas meledak, cukup udara Saudi saja yang terbakar, orang di dapur selamat semua.

Di Indonesia, gas dan kompor jadi satu di dapur. Jika gas meleduk, meleduk juga seisi dapur.  Salah satu perusahaan katering di sektor enam pernah terlambat dua jam karena ternyata dapurnya disita polisi gara-gara mereka pasang gas di dalam dapur.

Kedua, kehangatan makanan yang sampai ke jemaah harus di atas 640 celcius. Ini peraturan tidak main-main. Baik gubernur Makkah maupun gubernur Madinah tidak mau para tamu Allah disediakan makanan dingin.

Menurut Kadaker Madinah, Muhammad Khanif, pernah ada lima perusahaan katering harus memulangkan makanan mereka gara-gara kehangatan makanan mereka dipergoki berada di bawah 640 celcius.

‘’Itu pun sebenarnya bukan salah mereka. Waktu katering diturunkan dari mobil, makanan itu masih panas. Cuma karena yang nganternya kalah cepat berebut naik lift dengan jemaah Indonesia, ya akhirnya makanan keburu dingin. Di restoran sudah ada polisi makanan, setelah makanan diperiksa, ya mereka disuruh pulang,’’ jelas Khanif.

Di Indonesia, setiap restoran bebas menjual nasi hangat atau nasi dingin. Nasi kemarin bahkan bisa dipanaskan lagi. Namanya berubah jadi ….. nasi goreng!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here