Profesional Minus Moralitas

966

Kegalauan tentang ini pernah dialami oleh ilmuwan jenius Albert Einstein ketika dia melihat Partai Nazi mengembangkan senjata gas urat syaraf melalui ilmuwan kimia Jerman penerima nobel yaitu Fritz Haber.

Einstein yang tadinya merasa ilmuwan harus bersikap netral/bebas nilai akhirnya mengambil sikap drastis untuk melakukan perlawanan dengan meminta perlindungan ke Amerika Serikat dan mengembangkan bom atom di Amerika sebagai langkah pembalasan terhadap gas urat syaraf yang dikembangkan Fritz Haber tadi.

Dua ilmuwan penerima nobel pada akhirnya harus bersikap, apakah berpihak pada negaranya (Fritz Haber) atau berpihak kepada kaumnya Yahudi (Albert Eisntein). Apakah ilmuwan/cendekiawan kita tetap mau bebas nilai /netral/independen/Professional ???

Paradigma materialistik tersebut diatas, tentunya bertentangan diametral dengan ajaran Islam. Dalam Islam, kita diajarkan untuk tidak boleh memisahkan antara apa yang diniatkan dalam hati, terucap dalam lisan dan apa yang kita kerjakan. Muslim tidak boleh bebas nilai terhadap pekerjaan yang dilakukannya seperti paradigma materialistik yang saya sebutkan diatas.

Banyak ayat ayat yang mengancam kita tentang tidak sinkronnya antara hati, perkataan dan perbuatan diantaranya QS. As-Shaf ayat 3. Dalam istilah lain antara pola pikir, pola ucap dengan pola tindak harus serasi.

Bagaimana dengan argumen menolong orang yang zalim maupun dizalimi, tentunya ini terkait dengan nasihat yang kita berikan kepada orang yang zalim atau dizalimi tersebut bukannya alih alih menjadi bithona (Staf Ahli/Pembela) apalagi dilegitimasi dengan menerima surat mandat secara formal. Hal ini sudah jelas dilarang dalam QS Ali-Imran ayat 118.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here