Prof. DR. H.M. Rasjidi (1915-2001)

Catatan kecil M. Habib Chirzin pada “KAPITA SELECTA DA'WAH”

1459
Prof. DR. H.M. Rasjidi (1915-2001).

Oleh: M. Habib Chirzin

Prof. Rasjidi sebagai seorang ilmuwan dan cendekiawan Muslim yang tangguh, berwatak, berbobot. Serta diplomat dan Menteri Agama pertama RI.

Jejak intelektualnya terekam di Kairo, Sorbonne, Montreal, Washington, DC dst.

RASJIDI bukan hanya seorang cendekiawan. Dia juga seorang diplomat yang sukses yang mendapatkan pengakuan kedaulatan Republik Indonesia dari Kerajaan Saudi Arabia.

pengakuan terhadap kedaulatan RI diserahkan langsung oleh Raja Abdul Aziz ibn Saud disaksikan oleh Putera Mahkota/Menteri Luar Negeri Pangeran Faisal.

Sebagai diplomat, Rasjidi pernah menjadi Duta Besar RI di Mesir, Saudi Arabia, Iran, dan Pakistan. Pada 1952, Rasjidi diminta oleh Wakil Tetap RI di PBB untuk mendampinginya di Paris. Rasjidi berhasil mengambil derajat doktor filsafat di Universitas Sorbonne. Menulis disertasi tentang Serat Centini, dan lulus dengan predikat Cum Laude.

Webinar oleh Pesantren Mahasiswa Budi Mulia, Yogyakarta, menampilkan pembicara Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra yg pernah dekat di FH UI. Dan Ustadz Lukman Hakiem, yang dekat selama di DDII. Saya bersama Mas Prof. Sudarnoto, Mas Zulkifli Halim dan Ustadz Fahmi Muqoddas memberikan komentar dan catatan pelengkap.

Dari Kotagede, Kairo, Montreal, Paris, Washington DC

Sampai tahun 1980-an beberapa orang Kotagede, masih menyebutnya dengan Kang Sari. Karena memang nama aslinya Saridi. Lima orang kakak beradik, putra Mbah Atmo Sudigdo, pedagang batik kaya di kampung Celenan, Kotagede, Yogya: Sapardi, Saridi (Rasjidi), Sajiman, Sakijan dan Sajimah.

Sebelum G 30 S, sekitar tahun 1964, ketika saya duduk di kelas III, KMI, Pondok Modern Gontor; saya menerima hadiah jas berwarna abu-abu, bekas pakai dari Pak Rasjidi, yang diberikan oleh Pak H. Sapardi, kakaknya, mantan atase ekonomi di Kedubes RI Pakistan, yang tinggal di Kotagede. Berikut beberapa majalah berbahasa Arab, Al Manar dll.

Ada kenangan khusus dg Pak Rasjidi. Karena beliaulah yang mendorong saya belajar filsafat. Atas saran Pak Natsir, Dr. Mohammad Natsir, pada tahun 1972 saya menemui Pak Rasjidi di rumahnya di Jalan Diponegoro no 40, Jakarta. Yang juga kantor perwakilan Rabithah al Alam al Islamy. Pak Rasyidi berbicara ttg filsafat dan perlunya belajar filsafat. Hal itulah antara lain yang mendorong saya untuk masuk Fakultas Filsafat di UGM.

Pada tahun 1977, saya berkesempatan untuk ikut Pak Rasjidi dalam acara diskusi terbatas dengan Dr. Peter L. Berger, penulis buku terkenal “Pyramids of Sacrifice”, yg dihadiri oleh Dr. Soedjatmoko, Prof. Harsya Bachtiar, Prof. Selo Sumardjan dll. Di sebuah tempat di Menteng.

Gerakan keilmuan, Dakwah dan Perdamaian

Berkesempatan mendampingi Pak Rasjidi dalam team penulisan naskah “Al Dienul Islami”, amanat PP Muhammadiyah, hasil seri diskusi di UMS, yg dihadiri oleh ulama PP Muhammadiyah, KH Hassan Basri, KH Abdul Ghoffar Ismail, Dr. Anwar Haryono, Dr. H.A. Mukti Ali dll. Team penulisan buku tersebut terdiri dari Prof. H.M. Rasjidi, Prof. HA Mukti Ali, KH Ahmad Azhar Basyir, Dr. HM. Amien Rais dll. Dengan sekretaris Pak Djindar, KH Djindar Tamimi , saya dll. Hal ini membuat saya lebih sering bertemu dengan Pak Rasjidi, dalam pertemuan-2 team penulisan.

Pak Rasjidi juga Turun ke Lapangan

Pada era kebangkitan Islam, pada tahun 1982-an, Mas Adi Sasono, Ali Mustafa Trajutisna dan kawan-kawan PPM (Pusat Peran Serta Masyarakat) pernah membuat pelatihan “Dakwah Pembangunan” di Kaliurang, bekerja sama dg Rabithah Al Alam Al Islami. Pak Rasjidi sebagai ketua perwakilan Rabithah di Indonesia, hadir memberikan materi training. Saya yang menjadi moderator dan mendampingi Pak Rasyidi selama acaranya di Yogya.

Selama tahun 1980’an sering mendampingi Pak Rasjidi pada acara-acara PP Pemuda Muhammadiyah di Menteng Raya 62. Pak Rasyidi datang degan menyetir sendiri mobil sedannya, merk Ford, warna coklat, dari Jalan Diponegoro. Selepas Jumatan di Masjid Arief Rahman Hakiem UI, Salemba; saya sempat berbincang-bincang dengan Pak Rasjidi tentang kerja sama internasional ummat Islam.

Pak Rasjidi memperkenalkan saya kepada pengurus masjid, “Ini saudara Habib Chirzin, dari kampung saya, Kotagede, Yogya. Dia menteri luar negerinya Muhammadiyah”. Pada saat itu, saya memang sedang diamanahi sebagai ketua Lembaga Hubungan dan Kerjasama PP Muhammadiyah, 1990 sd 1995.

Bersyukur mendampingi Pak Rasiidi dalam panel tentang Islam dan Perdamaian di Aula IKIP Muhammadiyah, Jl. Limau, Kebayoran Baru, sekarang UHAMKA. Waktu itu Pak Rasjidi sebagai ketua WCRP (World Conference on Religion and Peace) di Indonesia. Pada waktu itu saya juga aktif di WCRP. Dan pernah hadir pada pertemuannya di Italy.

Pak Rasjidi memang sangat inspiratif. Pada kunjungan saya ke Paris pada tahun 1979, saya perlukan berkunjung ke Sorbone Universite de Paris, untuk menapak tilas Pak Rasjidi. Sambil mengunjungi Fak Filsafat . Juga sewaktu pada tahun 1987 diundang International Visitor Program ke Washington DC, saya berkunjung ke Islamic Center Washington DC, di mana Pak Rasyidi pernah menjadi direkturnya, pada pertengahan tahun 1960-an; seusai menjadi visiting Professor di Mc Gill, Montreal, Canada. Sebelum pulang ke Indonesia.

Di masa mudanya, sepulang dari Cairo, Rasjidi, BA pernah menjadi sekretaris Muhammadiyah Cabang Kotagede. Di mana ketuanya H. Anwar Rofi’ie, kakek saya. Di masa tuanya, Pak Rasjidi pernah bersilaturrahim ke rumah kakek saya di Ledok, Kotagede, dengan diantar oleh Pak H. Sapardi, kakaknya, dan Dr. Abdussalam, putranya dan Lik Bakri Mawardi, tetangga. Paman saya Bashori Anwar mendampingi kakek saya.

Tahun-tahun menjelang Proklamasi Kemerdekaan RI, Pak Rasjidi pindah ke Jakarta. Bu Saadah Mudzakkir, isterinya, juga ikut boyongan. Amanahnya sebagai ketua NA Cabang Kotagede, digantikan oleh Siti Dalalah Anwar, Ibu saya, adik kelasnya di Muallimat, yang baru tammat.

Ketika Bu Sa’adah Rasjidi meninggal pada tahun 2010-an, janazahnya dishalatkan di Masjid Perak, Kotagede yang baru direhab pasca gempa, dengan dukungan pendanaan dari Dr. Abdussalam Rasjidi dan Bu Saadah. Saya yang diminta mengimami shalat Janazah. Bu Saadah dimakamkan di sebelah makam Pak Rasjidi, di makam keluarga, Darakan, Kotagede, di seberang gedung PDHI Kotagede.

Pak Rasjidi meninggalkan keteladanan dalam dunia ilmu, diplomasi dan kenegarawanan, dakwah serta perdamaian yang berkarakter. []

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here