Prestisius, Ini Asal-Usul Gelar “Haji” dan “Hajjah”

1560
Jamaah haji kloter pertama mendarat di Madinah, Sabtu (6/7/2019).
Jamaah haji kloter pertama mendarat di Madinah, Sabtu (6/7/2019).

Makkah, Muslim Obsession – Bagi masyarakat Indonesia, “Haji” atau “Hajjah” merupakan gelar yang cukup prestisius. Orang yang sudah mengenakan gelar “Haji” “Hajjah” di depan namanya, pada umumnya dianggap memiliki strata sosial yang cukup diperhitungkan. Ia dihormati oleh masyarakat di lingkungannya.

Namun, mulai kapan gelar “Haji” dan “Hajjah” itu digunakan? Dan bagaimana asal-usulnya?

Sebagai bagian dari upaya edukasi haji bagi masyarakat, Kementerian Agama memfasilitasi acara Ngaji Manuskrip Kuno Nusantara (Ngariksa), yang menghadirkan filolog Oman Fathurahman, atau Kang Oman, yang juga sebagai Staf Ahli Menteri Agama.

Salah satu topik yang mendapat respon warganet dalam Ngariksa bertema “Kisah Haji Nusantara” itu adalah soal tradisi meletakkan gelar “Haji” atau “Hajjah” di depan nama orang Indonesia usai menunaikan ibadah haji.

Dikutip dari Kemenag, Sabtu (27/7/2019), Oman menjelaskan bahwa tradisi itu sah-sah saja. Salah satu alasannya adalah sejak masa silam, perjalanan menuju Tanah Suci bagi orang Nusantara adalah perjuangan berat tersendiri, harus mengarungi lautan, menerjang badai berbulan-bulan, menghindari perompak, hingga menjelajah gurun pasir.

Seorang yang berhasil melalui ujian tersebut, dan berhasil kembali selamat ke Tanah Air, kemudian dianggap berhasil mendapat anugerah dan kehormatan, apalagi Ka’bah dan Mekkah adalah kiblat suci umat Islam sedunia.

Itu mengapa dalam perkembangannya kemudian lazim di Indonesia ada pemberian gelar bagi jemaah haji usai menunaikan ibadah di Tanah Suci. Masyarakat menambahkan kata ‘haji’ atau “hajjah” saat menyebut nama mereka.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here