Prabowo Marah Meninju Meja, Para Ulama Terperangah (Bag-1)

36769
Bersama Jokowi - 2
Ketua Umum Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) H. Usamah Hisyam bersama Presiden Joko Widodo usai diterima di Istana, beberapa waktu lalu. (Foto: Muslim Obsession)

“Yaa…Nanti saya pelajari dulu Pak Usamah. Saya bahas dulu dengan tim kecil,” tuturnya landai.

Sang ajudan langsung mengingatkan saya bahwa waktu pertemuan sudah habis. Harus segera meninggalkan ruang kerja Presiden.

Pertemuan dengan Presiden tersebut saya sampaikan kepada HRS, di penghujung Desember, saat menunaikan ibadah umrah bersama anak dan isteri.

HRS sepakat mempersiapkan kepulangannya pada 21 Februari 2018. Sementara saya menunggu sikap Presiden selanjutnya. Sepanjang Januari hingga awal Februari 2018, saya mulai sosialisasi rencana kepulangan HRS melalui medsos. Sejumlah teman tetap mencurigai saya akan melakukan ‘jebakan Batman’. Terutama Munarman, sekjen FPI. Seorang ustadz memberitahu saya. Munarman tak senang bila saya ikut campur urusan HRS, karena itu urusan internal FPI. “Untuk apa Ketum Parmusi ikut campur?” begitu suara sumbang yang saya dengar.

Tepat 20 Februari 2018 malam, beredar pro kontra, hiruk pikuk rencana kepulangan HRS di medsos. Panitia penjemputan sudah mengarahkan ribuan massa ke lokasi dekat bandara sejak dini hari 21 Februari 2018. Ba’da Subuh beredar informasi dari Makkah bahwa HRS membatalkan kepulangannya sesuai hasil Istikharah. Hingga 20 Februari itu saya belum berhasil menemui Presiden kembali. Kondisi tersebut saya infokan kepada HRS.

Pada 21 Februari pagi saya bertemu Wakapolri Komjen Syafruddin. Beliau meminta agar saya menghentikan teman-teman yang memobilisasi massa untuk penjemputan HRS. “Jam enam pagi tadi saya sudah bertemu kapala BIN. Info terakhir, Habib batal balik ke Indonesia,” tandas Syafrudin.

Sejak ramai diberitakan bahwa saya berupaya menjadi juru damai antara HRS dan Presiden pada Januari 2018 dengan rencana memulangkan HRS, saya mulai merasakan sulit mengakses jalur khusus di Istana yang biasa digunakan untuk komunikasi meminta waktu bertemu dengan Presiden. Saluran telepon selalu mati, WhatsApp tak pernah dijawab. Telepon saya selalu tertolak.

Pada akhir Maret beredar isu di lingkungan Istana hingga ke korsek sejumlah perusahaan BUMN, bahwa Usamah Hisyam di black list Istana, tak boleh lagi bertemu Presiden. Karena Usamah selalu mempengaruhi Presiden untuk memulangkan HRS.

Saya segera melakukan tabayyun, menemui Menteri Sekretaris Negara Pratikno, perihal black list tersebut. Pertemuan terjadi pada suatu Subuh di awal April 2018. Saya menemui Mensesneg di kediamannya, lantas satu mobil dengan Pak Menteri menuju bandara Soeta. Padatnya jadwal Mensesneg membuat saya harus berbicara dalam perjalanan dari rumah ke bandara.

Di atas mobilnya, Mensesneg meyakinkan saya bahwa tidak ada kebijakan Presiden untuk melakukan black list terhadap Usamah Hisyam. Lantaaas???

3 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here