Perjuangan Nabi Melawan Rasisme, Berat!

2196

Nabi Muhammad Saw (Ilustrasi)

Tidak, Nabi tidak putus asa sama sekali. Sebaliknya, ia justru melanjutkan untuk berdakwah bahwa Allah adalah Tuhan satu-satunya.

Seruan ini rupanya membuahkan kecintaan mendalam dari orang-orang lemah dan tertindas. Sejak itulah para budak berbondong-bondong memeluk Islam dalam jumlah besar.

Berangsur-angsur, umat Muslim termasuk dari kalangan sahabat sudah tidak malu lagi  untuk duduk dengan seorang budak kulit hitam, salah satunya ialah Bilal Ibn Rabah.

Bahkan Nabi menyebut Bilal dengan sebutan “tuan kita”. Atas statusnya yang luar biasa, karena pengetahuan, pengabdian, dan ketulusannya. 

Hal-hal yang menyangkut rasisme, yang dianggap dapat mengganggu persaudaraan ini bahkan dianggap serius oleh Nabi.

Suatu ketika Sahabat Nabi Abu Dzar Al-Ghifari secara tidak sengaja mengganggu saudaranya, Bilal dengan memanggilnya “putra seorang wanita kulit hitam”.

Mendengar hal itu, Nabi menanggapi dengan sangat serius. Dia kemudian memanggil Abu Dzar dan menegurnya dengan teguran keras.

Sambil menoleh kepada Abu Dzar, Nabi bertanya, “Apakah kau memanggil (Bilal) dengan warna (kulit) ibunya? Artinya kau masih memiliki jejak jahiliyah!”

Ditegur seperti itu, Abu Dzar terperanjat dan langsung menyadari kesalahannya. Dia lalu bergegas meminta maaf dari saudara lelakinya, Bilal.

Abu Dzar langsung bersujud menempatkan kepalanya di tanah, sembari meminta Bilal untuk melangkah dengan sepatunya di atas wajah Abu Dzar.

Namun Bilal tersenyum. Dia tahu bahwa Abu Dzar sedang khilaf dan tidak disengaja mengatakan hal itu.

Bilal kemudian menarik lembut tangan Abu Dzar seraya memeluknya dengan sikap persaudaraan. Begitulah perjuangan yang Nabi lakukan dalam melawan rasisme, hampir 1.300 tahun lalu.

Wallahu A’lam bish Shawab…

(Vina)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here