Peringati 109 Tahun, Muhammadiyah Gelar Kongres Sejarawan 2021

503

Jakarta, Muslim Obsession – Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar Kongres Sejarawan Muhammadiyah yang berlangsung 27-28 November 2021 secara bauran dan luring terbatas di Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Kegiatan yang dilaksanakan Majelis Pustaka dan Informasi tersebut diharapkan menjadi ruang dialektika pengembangan isu-isu kajian sejarah Muhammadiyah terkait historiografi, metodologi, tema maupun pendekatan.

Kongres menghadirkan enam sesi panel, empat sesi paralel dan penyerahan Life Achievement Awards. Diisi baik sejarawan internal dan eksternal Muhammadiyah, sejarawan PTMA dan PTN/PTS di Indonesia, serta sejarawan dalam dan luar negeri.

Pidato kunci disampaikan langsung Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir. Selain itu, pidato tamu yang disampaikan Prof Mark R Woodward dari Arizona State University dan Kevin W Fogg dari University of North Carolina.

BACA JUGA: 90 Persen Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Papua Non Muslim

Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Muhammadiyah, Dr Muchlas mengatakan, 109 tahun Muhammadiyah melaksanakan gerakan dalam percaturan pembangunan kemajuan Indonesia. Banyak sejarah ditulis baik yang bersifat individual atau kelompok.

Sayangnya, gambaran narasi sejarah Muhammadiyah sampai saat ini masih sangat minim secara virtual. Karenanya, perlu jadi catatan bersama karena Muhammadiyah merupakan ormas Islam yang lekat dengan semangat berkemajuan untuk Indonesia.

“Karena sejarah tidak cuma terkait masa lampau, tapi menggali dan mengoleksi nilai-nilai moral dalam panduan sejarah peradaban agar generasi sekarang dan mendatang memiliki kesinambungan spirit dan daya juang,” kata Muchlas, Sabtu (27/11).

Dia menekankan, penulisan sejarah jadi bagian meluruskan dan merangkai kembali serpihan-serpihan peran Muhammadiyah terhadap bangsa dan negara yang tidak terekspos. Artinya, penulisan sejarah menjadi keharusan bagi Muhammadiyah.

BACA JUGA: Usung Semangat Islam Wasathiyah, Ketum Muhammadiyah Apresiasi Wahdah Islamiyah

Namun, tidak boleh dilupakan pentingnya agar informasi, data, arsip, dokumen yang telah menjadi sejarah dapat didaur ulang. Kemudian, diramu lewat rumusan dengan perspektif baru yang dapat diaktualisasikan kepada kehidupan kekinian.

“Hal inilah yang menjadi tantangan terus-menerus, tantangan yang sifatnya never ending bagi sejarawan Muhammadiyah sepanjang zaman,” ujar Muchlas.

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek, Restu Gunawan menuturkan, Muhammadiyah sudah memberi sumbangan pemikiran pemajuan kebudayaan Indonesia. Baik sebagai persyarikatan maupun melalui tokoh-tokohnya.

Dia sependapat, sejarah tidak sekadar romantisme masa lalu, tapi sebenarnya mengandung masa lalu, masa kini dan masa depan. Artinya, siapa saja yang menguasai sejarah akan mampu memproyeksikan masa depan seperti apa.

BACA JUGA: Ucapkan Milad ke-109, Presiden: Muhammadiyah Telah Mewarnai, Merawat, dan Memajukan Indonesia

Maka itu, Restu menekankan, Kongres Sejarawan Muhammadiyah ini sangat penting. Terutama, sebagai peletak dasar gerakan elemen-elemen yang ada di Muhammadiyah dalam rangka merancang rencana aksi lebih konkret untuk konteks ke-Indonesiaan.

“Padi menghijau di sawah yang luas, mengalir air dengan tujuan, melalui dakwah tingkatkan wawasan, sejarawan Muhammadiyah membawa Indonesia berkemajuan,” ujar Restu lewat pantun, yang sudah ditetapkan Unesco sebagai warisan budaya dunia.

Ketua Panitia Kongres Sejarawan Muhammadiyah 2021, Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi, mengungkapkan bahwa tujuan kongres ini adalah ingin merayakan penulisan sejarah (historiografi) Muhammadiyah yang berusia 50 tahun.

BACA JUGA: Milad Muhammadiyah, MUI: Tetaplah Menjadi Pencerah Bangsa

“Juga membangun ekosistem sejarawan di internal Muhammadiyah sekaligus menginstal kesadaran historis yang begitu penting bagi Muhammadiyah yang telah menginjak 109 tahun,” tutur Ghifar.

Menurutnya, kegiatan ini mempunyai target dibentuknya Forum Sejarawan Muhammadiyah yang akan menjadi ruang silaturrahmi dan dialektika para sejarawan dan peneliti sejarah Muhammadiyah.

Forum ini akan diwadahi dalam Jurnal Sejarah Muhammadiyah yang dikelola oleh Universitas Ahmad Dahlan dan Museum Muhammadiyah yang ke depannya juga akan mengembangkan pusat arsip dan record center Muhammadiyah.

“Jurnal tersebut juga akan dilauching dalam kongres ini,” ujarnya.

Selain itu, Kongres ini juga akan memberikan life achievement awards kepada 5 sejarawan dan peneliti Muhammadiyah yakni Prof. Dr. Mitsuo Nakamura, (alm) Prof. Dr. Kuntowijoyo, (alm) Drs. Ahmad Adaby Darban, S.U., (alm) Dr. Suwarno, M.Si., dan (alm) MT. Arifin yang telah mendedikasikan hidupnya mengkaji sejarah Muhammadiyah dengan berbagai pendekatan. (Fath)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here