Penolakan Abdul Somad Untungkan Youtube Rugikan Demokrasi

1457

Di sini menjadi relevan sindiran Prof. Dr. Azyumardi Azra terhadap organisasi-organisasi mahasiswa islam beberapa waktu lalu. Di Yogyakarta juga ada Prof. Dr. Amin Abdullah yang mampu menyampaikan banyak sekali kelemahan organisasi islam transnasional dengan santun dan sistematis. Banyak sekali tokoh kita sebenarnya, apalagi sekarang ada BPIP yang sayang belum nampak kerjanya.

Jangan sampai underbouw ormas besar, atau gerakan mahasiswa hanya bisa melarang diskusi, namun menolak debat. Pihak yang mengadakan ceramah, diskusi juga harus mampu membedakan mana ruang publik dan mana ruang privat. Kebiasaan bubar membubarkan ceramah dan diskusi ini sebaiknya dihentikan, entah siapa yang memulai hal ini.

Yuk kita siuman, ini zaman dimana konten yang diunggah sebuah akun medsos pribadi mampu mengalahkan konten yang diproduksi oleh perusahaan media. Zaman yang tidak relevan lagi kita bicara ancaman masuknya siaran asing di perbatasan, karena siaran asing sudah masuk ke jantung-jantung kota dan ke telepon genggam setiap orang.

Zaman merebut simpati publik lewat berbagai konten kreatif. Konten yang merangkul, bukan terus-terusan memukul hingga yang dipukul jadi kebal.

Yang juga harus sama-sama kita sadari adalah NKRI ini dibangun oleh kerjasama banyak golongan, utamanya golongan Islam, golongan kebangsaan dan golongan kiri, ini fakta sejarah yang tidak terbantahkan. Semua golongan sepakat NKRI dan Pancasila sudah final.

Tidak boleh ada satu kelompok melakukan monopoli atas kelompok lainnya. Golongan Islam, Golongan Kebangsaan, Golongan Kiri harus terus bergotongroyong untuk NKRI. Jangan sampai ketiga kelompok ini terus bertempur dan saling mengubur, sehingga memudahkan pihak lain menguasai NKRI. Jadi bukan hanya NKRI saja yang harga mati, gotong royong golongan juga harga mati. (**)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here