Peneliti Netra Temukan Kemiripan Perabaan dalam Riset Mushaf Al-Quran Braille

490
Sejumlah santri penyandang tuna netra saat pengajian Al-Quran braille di Yayasan Raudlatul Makfufin, Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (04/05/2021). (Foto: Edwin B/ Muslim Obsession)

Jakarta, Muslim Obsession – Peneliti Netra Ridwan Effendi menyatakan bahwa ada kemiripan perabaan antara Hamzah Mufradah dan Syiddah sehingga bisa menjadi kendala bagi pembaca Al-Quran Braille pemula.

Pernyataan Ridwan merupakan hasil temuan risetnya tentang Al-Quran Braille. Hasil penelitiannya dibahas dalam webinar tentang “Efektifivitas Pedoman Al-Quran Braile” yang digelar oleh Baznas, belum lama ini.

Mengutip Kemenag, Senin (30/8/2021), Ridwan yang merupakan seorang Doktor Disabilitas Netra mendapat beasiswa dari Baznas untuk meneliti tentang ‘Problematika Al-Quran Braille (Komparasi Mushaf Standar Al-Quran Braille Indonesia dengan Mushaf Al-Quran Braille Malaysia dan Kuwait, Serta Problematika Penulisan Hamzah)’.

BACA JUGA: FOTO: Pengajian Alquran Braille di Tangsel

“Hamzah mufradah pada mushaf Al-Quran Braille akan menjadi kendala bagi pemula, yang sering dianggap syiddah dalam perabaannya,” papar Ridwan yang berharap hasil risetnya bisa menjadi landasan akademik bagi pemangku kebijakan, ketika akan melengkapi Mushaf Al-Quran Braille di Indonesia.

Pimpinan BAZNAS Achmad Sudrajat mengapresiasi keberhasilan Ridwan dalam melakukan riset Al-Quran Braille.

Ia menaruh harapan agar hasil penelitian Dr. Ridwan dapat memberikan manfaat lebih besar untuk masyarakat dan ilmu pengetahuan.

“Beasiswa riset ini hanya sedikit sumbangan untuk para akademisi. Terkhusus saat ini untuk komunitas disabel netra. Semoga hasil penelitian Dr. Ridwan memberikan manfaat lebih besar untuk ilmu pengetahuan. Ini juga bagian dari kesadaran literasi zakat untuk masyarakat,” ujarnya.

BACA JUGA: Pasangan Tunanetra Ini Bikin Al-Quran Braille dengan Terjemahan Bahasa Inggris

Hal senada disampaikan Kepala Subdirektorat Pendidikan Al-Quran, Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Ditjen Pendidikan Islam, Kemenag Mahrus. Hadir menjadi keynote speaker, Mahrus mengapresiasi beasiswa riset yang digulirkan Baznas.

“Beasiswa riset dengan tema Mushaf Al-Quran Braille ini masih jarang dikaji Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. Karena itu, semoga hasil risetnya dapat memberi masukan penting pada pembelajaran Al-Quran Braille di Indonesia, yang baru dikenal sekitar tahun 50-an,” ujar Mahrus.

Menurut mantan Kasi Penelitian pada Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kemenag tersebut, riset Mushaf Al-Quran Braille dengan studi kasus Hamzah diharapkan dapat memberi rekomendasi penting pada Lajnah Pentashih Al-Quran.

BACA JUGA: Kisah Penyuluh Agama Memperdengarkan Keindahan Al-Quran pada Anak Tunarungu

“Dan untuk sosialisasi pembelajaran Al-Qurannya dapat bekerja sama dengan Subdit Pendidikan Al-Quran Direktorat PD Pontren Ditjen Pendidikan Islam,” sambungnya.

Hadir sebagai pembahas dalam diskusi webinar tersebut Pentashih Mushaf Al-Quran dari Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, Badan Litbang dan Diklat, Kemenag Ahmad Jaeni.

Webinar diikuti 78 peserta yang tersebar dari berbagai wilayah Indonesia. Beberapa peserta juga merupakan santri disabilitas netra, mahasiswa, dosen, hingga teman dari beberapa komunitas tuna netra di Indonesia.

Hasil riset dan juga materi paparan presentasi dapat diunduh di publikasi.baznas.go.id dengan judul ‘Efektifivitas Pedoman Al-Quran Braile’. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here