Pendiri PKS KH Hilmi Aminudin Meninggal Dunia, Berikut Profilnya

783

Jakarta, Muslim Obsession – Kabar duka datang dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Mantan Ketua Majelis Syuro PKS sekaligus salah satu pendiri PKS KH Hilmi Aminudin meninggal dunia. Banyak yang menyebut Hilmi meninggal karena terserang corona.

Namun, Presiden PKS Sohibul Iman menduga almarhum Hilmi Aminudin meninggal karena sudah umur, dan penyakit yang diidapnya. Almarhum disebut sudah lama terserang penyakit komplikasi.

“Tidak tahu pasti. Tapi selama ini karena usia beliau makin lanjut. Ada beberapa sakit yang komplikasi, jadi kami memahami dari sisi itu saja,” jelas Sohibul Selasa (30/6/2020).

Dia pun merasa kaget, dan menegaskan PKS merasa sangat kehilangan sosok Hilmi Aminudin. Sebab, bagaimana pun Hilmi adalah orang yang dihormati di PKS. Dia adalah politisi senior yang sudah banyak melahirkan generasi penerus.

“Tentu kami kaget dan merasa sangat kehilangan sosok yang mengayomi, mendidik, dan membesarkan partai kami semua,” tukasnya.

Terlepas dari penyebab kematiannya yang belum ada keterangan resmi dari pihak keluarga, diketahui Hilmi bukan hanya seorang politisi.

Di awal kariernya dia justru adalah seorang pendakwah. Ia merupakan pendiri gerakan dakwah atau yang diera 1980-1990-an dikenal dengan sebutan harakah tarbiyah.

Hilmi Aminuddin adalah putra Danu Muhammad Hasan, satu dari tiga tokoh penting Darul Islam (Tentara Islam Indonesia) pimpinan Kartosoewirjo.

Pada usia enam tahun, Hilmi memulai pendidikannya dengan mendaftar di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Selulusnya dari sana, dia berkelana ke sejumlah pesantren di Jawa. Pada tahun 1973, Hilmi memutuskan untuk berangkat ke Arab Saudi dan belajar di Fakultas Syariah Universitas Islam di Madinah.

Selama enam tahun menuntut ilmu di universitas tersebut, Hilmi kerap berkumpul dengan Yusuf Supendi yang juga merupakan tokoh perintis PKS. Kala itu Yusuf sedang berkuliah di Universitas Imam Muhammad Ibnu Saud, Riyadh.

Sekitar tahun 1978, Hilmi lulus kuliah dan pulang ke Indonesia. Sepulangnya dari Arab Saudi, Hilmi memulai kariernya dengan berdakwah.

Tapi karena Hilmi tidak memiliki pondok pesantren seperti kebanyakan ulama di Indonesia saat itu, Hilmi pun berdakwah dari masjid ke masjid, atau dari satu kelompok pengajian ke kelompok pengajian lainnya.

Baru setelah itu, pada tahun 1998, Hilmi bersama beberapa rekannya mendirikan Partai Keadilan dan pada tahun 2002 partai tersebut berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) agar bisa ikut pemilihan umum dua tahun berikutnya.

Karena baru didirikan dan hanya mendapatkan 7 kursi di parlemen, atau 1.5 persen maka peranan PKS saat itu belum begitu kelihatan dan lebih fokus ke dalam partai.

Pada tahun 2005, Hilmi ditunjuk menggantikan Rahmat Abdullah yang meninggal dunia untuk menjadi Ketua Majelis Syuro I yang merupakan lembaga tertinggi di PKS.

Saat itu, Hilmi Aminuddin terpilih melalui mekanisme voting tertutup dengan mendapatkan 29 suara dari 50 anggota Majelis Syuro. Dia mengungguli tiga calon lainnya yakni Salim Segaf Al-Jufri (12 suara), Surahman Hidayat (8 suara) dan Abdul Hasib Hasan(1 suara).

Pada tahun 2010, Hilmi kembali terpilih menjadi Ketua Majelis Syuro dalam Pemilihan Raya (Pemira) Majelis Syuro PKS.

Mekanisme Pemira untuk memilih angota majelis syuro yang baru ini selayaknya pemilu. Jumlah anggota MS yang dipilih ada 99 orang.

Dalam pemira ini, PKS telah membentuk panitia prapemira yang akan menyeleksi sekitar 1.000 anggota ahli PKS menjadi 195 calon nama.

Penyeleksian tersebut berdasarkan syarat yang telah ditetapkan oleh AD/ART. Dari 195 nama ini akan dipilih 65 nama terbanyak.

Setelah diambil sumpahnya, mereka yang terpilih ini akan menunjuk 32 nama sebagai anggota ahli majelis syuro. Sedangkan dua anggota lainnya adalah anggota tetap majelis syuro yaitu Hilmi Aminuddin dan Salim Segaf Al-Jufri. (Albar)

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here