Pendidikan Anak dalam Islam

1192

Kedelapan, MELUNAKKAN SUARA. Firman Allah Swt, “…dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai,” (QS. Luqman [31]: 18).

Konon, suara keledai itu memekikkan telinga sehingga tidak enak didengar. Maka, sederhanakanlah dalam berucap agar menyejukkan orang yang mendengarnya.

Suara yang keras di tengah orang-orang yang santun tidak baik, meskipun tidak bermaksud sombong. Suara adalah lambang kesopanan dan kearifan. Kita rindu kepada anak yang berkata sopan, santun, dan hormat. Bukan kata-kata kasar, keras, dan menghinakan.

*****

Nabi Muhammad Saw mengingatkan orangtua dalam menyikapi kedudukan anak. Mereka adalah pribadi istimewa yang lahir dengan keunggulan masing-masing, fitrah (suci) dan hanif (senantiasa condong kepada kebenaran).

Dalam sabdanya, beliau mengungkapkan: “Setiap anak yang dilahirkan dalam kefitrahan. Maka, kedua orangtuanya lah yang akan membentuknya menjadi Yahudi atau Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari-Muslim).

Tak ketinggalan, Imam Ali bin Abi Thalib Ra juga berpesan: “Didiklah anak-anak kalian dengan baik. Sebab, mereka tumbuh pada zaman yang berbeda dengan zaman kalian.” Selain orangtua, faktor pendukung pembentuk kepribadian anak adalah lingkungan sosial dan sekolah.

Akhirnya, membangun generasi saleh dan berakhlak karimah hanya berhasil jika terbangun sinergi ketiganya. Wallâhu a’lam bish Shawâb.


**Dinukil dari Buku “Mendaki Jalan Kemuliaan: Bunga Rampai Catatan Kebajikan II” karya Dr. H. Hasan Basri Tanjung, MA.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here