Pendidikan Anak dalam Islam

1192

Pertama, BERSYUKUR. Firman Allah Swt, ”Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman [31]: 14).

Pendidikan tauhid menumbuhkan anak yang bersyukur kepada Allah dan kedua orangtuanya. Allah yang menciptakan, memberi banyak karunia dan segala kelengkapan diri untuk hidup. Sementara, ibunya yang mengandung susah payah, menyapih, menjaga dan membesarkannya tanpa pamrih.

Sejatinya, rasa syukur seorang anak tak dinilai sebelum ia bersyukur kepada kedua orangtuanya, terutama ibunya. Namun kepatuhan kepada orangtua tetap memiliki batas jika berkaitan dengan syirik.

Seperti yang ditegaskan Allah Swt, ”Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya.” (QS. Luqman [31]: 15).

Kedua, MEYAKINI BALASAN KEBAIKAN. Tentang hal ini, Luqman berkata: “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya),” (QS. Luqman [31]: 16).

Kita harus menanamkan kesadaran bahwa Allah Swt senantiasa hadir dalam setiap keadaan dan mencatat tindak tanduk manusia tanpa ada yang terlewatkan. Meski sebesar biji sawi pun dan berada di langit atau di bumi bahkan di dalam batu besar di tengah malam gelap gulita, Allah pasti mengetahuinya.

Dengan kesadaran yang ditanamkan tersebut, anak kita akan selalu terdorong berbuat baik meski tidak dilihat manusia. Dengan demikian, maka niscaya anak-anak akan tumbuh menjadi seorang hamba yang ikhlas. Demikian juga sebaliknya, bahwa perbuatan buruk juga akan mendapat balasan setimpal.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here