Pemimpin dan Dunia Global

1355

Oleh: Imam Shamsi Ali (Presiden Nusantara Foundation)

Indonesia masuk dalam jajaran negara-negara besar dunia. Kebesarannya itu mencakup segala makna kata besar itu sendiri. Besar sejarah, besar potensi alam, dan sumber daya manusianya.

Kebesaran Indonesia menjadi lebih unik ketika sampai kepada keindahan ragam budaya, tradisi, dan agama. Keragaman itu teranyam dalam satu kesatuan bangsa; Indonesia.

Dan akan menjadi lebih spesial lagi ketika kita menyadari Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar dunia. Terlebih lagi bahwa Islam yang dianut oleh bangsa ini adalah Islam yang merangkul nilai-nilai modernitas. Islam yang merangkul demokrasi, menghargai HAM, kebebasan, dan juga menghormati kaum wanita dan minoritas.

Kebesaran Indonesia inilah sesungguhnya yang perlu diekspose ke dunia global. Bahwa Indonesia sesungguhnya bisa menjadi alternatif “kiblat” tatanan dunia global abad modern.

Kita kenal bahwa selama ini dunia menjadikan Barat sebagai kiblat. Hampir dalam segala hal, termasuk tatanan kehidupan publik. Dunia menjadikan “nilai-nilai” Barat sebagai cerminan hidup. Kini masanya Indonesia untuk maju dan menjadi “role model” dalam membangun tatanan dunia itu.

Seperti disebutkan di atas, keunikan Indonesia yang mungkin negara-negara besar lainnya tidak miliki adalah realita bahwa negara ini adalah negara Muslim terbesar dunia. Ini adalah modal besar dan dahsyat kalau saja para pemimpin bangsa ini menyadarinya dan mensyukurinya.

Kebesaran Indonesia dalam hal keagamaan (baca Islam) ini karena sejarah kehadiran Islam di Nusantara yang juga unik. Bahwa Islam hadir di negeri ini tidak melalui konflik fisik (perang). Melainkan proses damai dan integrasi sosial budaya kemasyarakatan.

Hal itu tentunya, langsung atau tidak, berpengaruh kepada wajah dan karakter keislaman di bumi Nusantara ini. Islam berpenetrasi ke dalam kehidupan manusia Nusantara, menjadi darah dagingnya, tanpa proses emosi dan kekerasan.

Itulah yang mendorong terjadinya pertautan antara karakter manusia Nusantara dan esensi ajaran Islam. Pertautan itu yang kemudian melahirkan karakter kebangsaan dan keagamaan yang khas. Yaitu karakter keagamaan dan kebangsaan yang ramah, santun, bersahabat, berkemajuan, inklusif, serta mengedepankan dialog dan kerjasama diatas konflik dan permusuhan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here