Pelajar Thailand Klaim Bulu Ayam Kaya Protein, Berani Coba?

523

Muslim Obsession – Awalnya Sorawut Kittibanthorn mencari jenis sampah baru untuk didaur ulang. Namun, siswa yang tinggal di London ini tertarik pada jutaan ton bulu ayam yang dibuang setiap tahun.

Ia sekarang kembali ke tanah airnya di Thailand, pelajar berusia 30 tahun itu mencari dana untuk melanjutkan penelitiannya tentang cara terbaik untuk mengubah komponen nutrisi yang ditemukan pada bulu menjadi bubuk yang dapat diubah menjadi sumber makanan yang kaya protein dan tidak berlemak.

“Bulu ayam mengandung protein dan jika kita dapat menyajikan protein ini kepada orang lain di dunia, permintaan dari semua orang … akan membantu mengurangi limbah,” kata Sorawut kepada Reuters, Kamis (17/12/2020).

Memang potensinya tampak sangat besar, mengingat Sorawut memperhitungkan sekitar 2,3 juta ton bulu dibuang di Eropa saja setiap tahun.

Dengan konsumsi unggas yang umumnya lebih tinggi di Asia, dia yakin akan ada hingga 30 persen lebih banyak limbah bulu yang dapat dieksploitasi di wilayah tersebut.

Sorawut, yang belajar untuk Master of Material Futures di London, mengatakan ide tersebut masih perlu melalui tahap penelitian dan pengembangan lainnya. Tetapi prototipe termasuk pendapatnya tentang chicken nugget dan pengganti steak telah menerima ulasan positif dari beberapa pihak.

“Anda tahu teksturnya sangat kompleks dan canggih. Anda tidak akan membayangkan bulu ayam dapat berimprovisasi menjadi hidangan seperti ini,” kata blogger makanan.

“Saya benar-benar bisa membayangkan ini (disajikan) kepada saya di beberapa tempat seperti, bintang Michelin (restoran), atau pengalaman bersantap mewah,” kata Cholrapee Asvinvichit, setelah menyantap “steak” yang disajikan dengan saus, kentang tumbuk, dan salad.

Hathairat Rimkeeree, seorang profesor ilmu pangan di Universitas Kasesart, juga terkejut dengan hasilnya.

“Saya rasa ini memiliki potensi untuk menjadi sumber pangan alternatif di masa depan.”

Pengganti daging nabati telah mendapatkan popularitas karena lebih banyak orang beralih ke pola makan vegan atau vegetarian, di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang risiko kesehatan dari makan daging, kesejahteraan hewan, dan bahaya lingkungan dari peternakan hewan yang intensif.

Meskipun makanan berbahan bulu tidak dapat dikategorikan sebagai vegan atau vegetarian, Sorawut merasa makanan tersebut harus dipertimbangkan sebagai santapan etis.

“Saya berencana untuk mendekati restoran tanpa limbah terlebih dahulu karena meskipun hidangan ini terbuat dari kotoran unggas, tetap saja produk sampingan dari hewan yang biasa kita konsumsi,” pungkasnya.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here