PBNU Minta Kurikulum Pendidikan Agama Islam Dikaji Ulang

908
Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj (Foto: Istimewa)

Lampung, Muslim Obsession – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menilai kurikulum pendidikan agama Islam di sekolah dan madrasah perlu dikaji ulang dan direvisi. Hal ini terutama terkait dengan materi-materi yang mengajarkan ayat-ayat Al-Quran tentang perang.

Penafsiran ayat-ayat tersebut, kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, diperlukan keilmuan khusus sehingga tidak diartikan secara tekstual. Tafsir yang salah terhadap ayat bisa mengakibatkan kesesatan.

“Kurikulum pendidikan agama harus ditinjau ulang. Banyak menyampaikan ayat tentang perang. Dalam mempelajarinya harus dikaitkan dengan asbabun nuzul (sebab turunnya ayat). Banyak ayat perang yang dipakai hanya saat dalam kondisi perang. Bukan saat damai,” katanya dalam acara Halal bi Halal PBNU dan PWNU se-Indonesia di Bandarlampung, Senin (2/7/2018).

Dia pun mengingatkan bahwa selain menyebabkan kesesatan, penafsiran secara tekstual terhadap ayat Al-Quran juga dapat mengakibatkan seseorang bertindak radikal. Menurut Kiai Said, menjadi radikal tidak harus pintar. Cukup penafsiran sendiri, sikap tidak toleran terhadap orang lain pun akan muncul.

Selain itu, dia menjelaskan, sikap radikal berbeda dengan sikap tawasuth (moderat) dan tasamuh (toleran) yang membutuhkan ilmu dan perlu dan kecerdasan. Sikap moderat itu, papar Kiai Said, telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. saat mendirikan kota Madinah.

Kala itu Madinah tidak hanya dihuni oleh satu agama dan kelompok saja sehingga Nabi pun tidak mendirikan Darul Islam (Negara Islam) namun mendirikan Darus Salam (Negara kedamaian).

“Nabi Muhammad telah diperintahkan untuk membangun ummatan wasathan (umat moderat) ditengah keberagaman berbagai aspek. Nabi menggunakan prinsip citizenship (kemasyarakatan). Bukan memaksakan mendirikan negara Islam. Semua ini butuh kecerdasan,” jelasnya.

Jika sikap tawasuth membutuhkan kecerdasan, maka sikap tasamuh, lanjut dia, membutuhkan akhlaqul karimah. Ditengah kehidupan yang beragam ini, setiap anggota masyarakat tidak boleh menebar bibit permusuhan yang pada akhirnya akan memunculkan perpecahan.

Oleh karena itu, Kiai Said mengajak seluruh elemen bangsa untuk senantiasa mengedepankan akhlak yang baik saat berinteraksi dengan sesama.

“Martabat bangsa tergantung akhlaknya. Jika suatu negara bejat, maka tunggu saja kehancurannya,” tukasnya.

Hadir pada Halal bi Halal tersebut para pengurus PBNU, PCNU se-Indonesia, pengurus PWNU Lampung dan PCNU se Provinsi Lampung. Hadir juga pimpinan lintas agama Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu Provinsi Lampung. Kegiatan Halal bi Halal ini diawali dengan Silaturahmi Nasional PBNU dengan PCNU se-Indonesia yang dilaksanakan di Hotel Novotel Bandarlampung. (Bal)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here