Pasca Teror di Masjid Selandia Baru, Jumlah Jamaah Muslim Calgary Menyusut 

815
Ilustrasi Shalat Berjamaah (Foto: istimewa)

Calgary, Muslim Obsession – Para pemimpin Muslim Calgary mengatakan masyarakat gugup ketika Ramadhan dimulai Senin (6/5/2019).

Pasalnya berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun ini ada kekhawatiran bahwa beberapa akan berhenti pergi ke masjid karena takut akan serangan.

“Orang-orang agak gugup,” kata Atthar Mahmood, wakil presiden Dewan Tertinggi Islam Kanada dan presiden Muslim Melawan Terorisme, seperti dilansir Global News, Senin (6/5/2019).

“Kita orang-orang beriman tidak berdaya ketika kita berada di sinagoge atau masjid atau gereja. Kita tidak bisa membela diri ketika kita terlibat dalam doa damai kita. Orang-orang di Sri Lanka, apa yang mereka lakukan? Mereka hanya berkumpul untuk berdoa,” bebernya.

Masjid Calgary mendorong orang untuk mengunjungi, memerangi Islamofobia setelah serangan teror New Zealand atau Selandia Baru.

Mahmood mengatakan ada penurunan jumlah pemuda yang menghadiri shalat di Calgary setelah serangan masjid Selandia Baru yang menewaskan 50 orang.

“Tepat setelah kejadian di Selandia Baru, ketika saya mengadakan shalat, saya memiliki banyak anak muda saya datang untuk berdoa di sana dan dalam dua hari Jumat berikutnya, hanya beberapa dari mereka yang muncul dan saya tahu itulah penyebabnya,” duga Mahmood.

Serangan baru-baru ini terhadap kelompok ras dan agama telah memicu sekelompok Calgarians untuk membentuk satuan tugas anti-kebencian. Pertemuan pertama, yang diselenggarakan oleh Calgarians Against Racism Violence and Hate, diadakan pada awal April. Kelompok ini terdiri dari anggota yang peduli dari kelompok agama dan asosiasi budaya.

Mahmood bertemu dengan RCMP setempat tahun ini, mengatakan polisi menawarkan saran kepada anggota jamaah atas keamanan di masjid-masjid dan cara mengenali orang-orang yang mencurigakan.

“Kadang-kadang sangat sulit bagi kami untuk menentukan jika seseorang yang duduk di lorong berjalan di sana misalnya (teroris atau bukan) karena kami tidak memiliki detektor logam,” kata Mahmood.

“Kami tidak punya apa-apa. Orang-orang biasanya hanya berjalan masuk,” imbuh dia. (Vina)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here