Parmusi Wujudkan Dua Kampung Quran Desa Madani di Pedalaman Sumsel

1031

Banyuasin, Muslim Obsession – Satu hari sebelum mengakhiri perjalanan Kafilah Dakwah Desa Madani Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) di pedalaman Pulau Sumatera, Ketua Umum PP Parmusi H. Usamah Hisyam meresmikan Desa Madani di Desa Teluk Payo, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Senin (16/9/2019).

Selain di Teluk Payo, Parmusi juga memiliki Desa Binaaan di Desa Sri Tiga, Kecamatan Sumber Marga Telang yang jaraknya tidak jauh dari Teluk Payo. Desa Madani di dua tempat ini dijadikan sebagai Kampung Quran yang dikelola oleh para dai Parmusi bersama masyarakat setempat.

Usamah Hisyam terharu dengan perjuangan dai Parmusi di Desa Teluk Payo. Andi Mapayoki dai Parmusi ini sebenarnya sudah punya tempat kecil yang dijadikan sebagai tempat mengaji anak-anak. Ia mengandalkan bisnis pembuatan arang. Namun saat bisnisnya bangkrut, proses pembangunan gedung berhenti, aktivitas mengaji pun ikut mati.

Namun, ia tetap berusaha bangkit dengan kembali merintis bisnisnya. Dengan uang tabungan yang ada, ia bangun lagi TPA untuk anak-anak kampung agar bisa mengaji. Pembangunan baru selesai 80%. Karena kecintaanya terhadap Parmusi ia namakan TPA itu dengan nama TPA Azikra Parmusi, ia pun berniat membuat sekolah TK dengan nama yang sama.

“Ke depan taman pendidikan Al-Quran ini harus terus jalan, jangan sampai karena bisnis arangnya mati, aktivitas belajar Al-Quran juga ikut mati. Perjuangan dakwah tidak boleh pupus, insya Allah selalu dimudahkan jalannya,” ujar Usamah.

Usamah kembali menegaskan bahwa, output dari Desa Madani adalah terciptanya masyarakat yang berakhlak yang sejahtera lahir dan batin. Karenanya, ada empat pilar yang ditekankan dalam gerakan Desa Madani ini, yakni peningkatan iman dan takwa, kesejahteraan ekonomi umat, pemberdayaan sosial, dan peningkatan kualitas pendidikan.

“Desa Madani adalah suatu proses dan upaya untuk memperoleh atau memberikan daya, kekuatan atau kemampuan kepada individu dan masyarakat lemah agar dapat mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan kebutuhan dan potensi serta masalah yang dihadapi dan sekaligus memilih alternatif pemecahnya dengan mengoptimalkan sumber daya dan potensi yang dimiliki secara mandiri,” jelasnya.

Berbeda dengan Azikra, Kampung Al-Quran di Desa Sri Tega sudah terbentuk dengan diberi nama Yayasan Tazkiyya. Di tempat ini juga sudah dibangun satu ruang sekolah SDIT. Anak-anak yang sekolah di kampung ini bisa sampai malam, karena satu ruangan itu dipakai secara bergantian dari kelompok kelas 1 sampai kelas 6. SDIT ini baru berdiri tiga tahun, masih sangat baru.

“Jadi belum ada yang lulus, meski hanya satu kelas, bangunan ini sangat bermanfaat, anak-anak bisa sekolah. Tadinya banyak anak-anak yang tidak sekolah karena memang tidak ada sekolah di sini dari pemerintah. Mungkin karena lokasinya jauh dari kota. Lalu kita inisiatif buat sendiri dengan harapan anak-anak di kampung ini bisa belajar dan mengaji,” ujar Ustaz Syamsudari.

Dalam peresmian Desa Madani ini juga dihadiri Kepala Desa Teluk Payo, Ambo Tuo, Kepala Desa Sri Tega, M. Yunus, Camat Banyuasin II, Salinan yang mewakili Wakil Bupati Banyuasin Selamet Somosentono yang berhalangan hadir, anggota DPRD Banyuasin yang baru dilantik, Nur Ismanto, dan dari Babinsa, serta para tokoh adat.

Adapun dari PP Parmusi, turut hadir Ketua Majelis Penasihat PP Muslimah Parmusi Daisy Astrilita, Wakil Ketua Lembaga Dakwah Parmusi, ustaz Bukhori Abdul Shomad, Bendahara Parmusi Dewi Achyani, Waksekjen Parmusi, Mulyadi, dan Ketua PW Parmusi Sumsel, Hendra Dinatha, Ketua Muslimah Parmusi Sumsel, Nani Afrilianti serta pengurus lainnya.

Camat Banyuasin II, Salinan mengatakan, bahwa mayoritas di desa-desa yang ada di kecamatan ini termasuk Sumber Marga Telang warganya berprofesi sebagai petani kebun kelapa. Ribuan hektar lahan di tempat ini ditanam pohon kelapa, sebagian sawit. Hasil kelapanya bahkan sampai diekspor ke negeri China. Namun semua warga punya kebun, banyak juga di antara mereka yang jadi buruh.

Uniknya di kecamatan ini 90% penduduknya berasal dari suku Bugis. Meski potensi sumber daya alamnya begitu besar, kelemahan mereka adalah masih belum bisa mengelola kelapanya untuk dijadikan barang olahan lain yang bisa menghasilkan uang. Misalnya, ribuan air dari batok kelapa dibuang secara percuma, padahal bisa dibuat makanan nata de coco, serabutnya juga tidak diolah untuk kerajinan sapu.

Lalu batok kelapanya tidak dijadikan sebagai arang dengan produktivitas yang lebih tinggi. Mereka beralasan semua bahan tidak bisa dikelola karena tidak ada alatnya. Salinan pun berjanji akan bekerja sama dengan Parmusi untuk turut serta memperhatikan kampung ini dengan memberikan bantuan, terutama untuk pembangunan TPA.

“Karena program Parmusi ini sesuai dengan program bupati dan wakil bupati, yakni menjadikan Banyuasin religius, dengan membangun satu kampung satu TPA. Untuk itu pemerintah desa siap bekerja sama dengan Parmusi untuk mewujudkan masyarakat madani di kampung ini,” jelasnya.

Usamah pun sempat melihat secara langsung langsung tempat pengepulan kelapa milik warga. Memang mereka masih menggunakan cara-cara tradisional untuk mengolah kelapa. Misalnya, belum adanya mesin pengupas kulit kelapa. Padahal jumlah kelapanya masih banyak. Kelapa itu diekspor ke China dalam bentuk mentahan, sehingga harganya masih tergolong murah.

Usamah mengusulkan agar dai parmusi bersama pengurus wilayah dan daerah untuk membuat tim, yang ditugaskan mengkaji apa saja yang dibutuhkan untuk mendukung produktivitas olahan kelapa. Setelah dikaji dan disusun dalam bentuk proposal yang lengkap, selanjutnya agar segera diserahkan ke Parmusi Bisnis Center Pusat.

“Potensi kelapa ini harus bisa dijadikan bahan olahan yang produktif bukan hanya sekedar dijual mentahan atau gluntungan. Nah, tim ini harus dibentuk untuk mengkaji apa yang dibutuhkan, konsep pengembangan bisnisnya seperti apa, agar ke depan ini bisa jadi Bisnis Center untuk mendukung dakwah Parmusi di kampung ini,” tutupnya. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here