Oleh: Ustadz Felix Siauw (Pengemban Dakwah)
Tak ada yang tak mengenal Benteng Khaibar Yahudi pada masa itu. Strukturnya yang kuat yang mampu menolak siapapun yang menyangsikannya
Satu waktu kaum Muslim diperintahkan Rasulullah untuk menaklukkan benteng ini. Sahabat menggempurnya namun tak mampu mengatasinya
Rasulullah lalu berkata, “Besok akan aku serahkan bendera perang kepada seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan Allah dan Rasul-Nya pun mencintai-Nya”, kaum Muslim tahu, orang ini pastilah pemberani diantara mereka
Umar bin Khaththab sampai-sampai berkata, “Tidak ada hari dimana aku sangat menginginkan sesuatu, selain di hari Khaibar itu”, begitupun perasaan kaum Muslim yang lain, mereka sangat menginginkan menjadi orang yang dimaksud Rasulullah
Esoknya, Ali bin Abu Thalib yang dipanggil oleh Rasulullah, yang pada gilirannya, dialah yang menjadi pahlawan di Khaibar
Kadang memang ada hal yang perlu disembunyikan, amal salih misalnya, agar tak terpapar riya pada manusia, agar amal itu selamat. Maka dijaga ikhlas itu di hati agar murni hanya karena Allah
Tapi seringkali dalam agama ada hal yang justru harus diangkat tinggi, diluaskan karena ia akan menjadi syiar dan dilihat oleh manusia. Agar mereka terinspirasi dan bersemangat
Itulah fungsi bendera, menjadi pertanda, penyemangat, dan simbol daripada apa yang diyakini dalam jiwa. Pada kaum Muslim, tak ada yang lebih pantas ketimbang kalimat tauhid
Karenanya dalam hadits diriwayatkan, “Bahwasanya panji Rasulullah berwarna hitam, dan benderanya berwarna putih” – HR Ahmad. Dari Ibnu Abbas dengan tambahan “tertulis Laa ilaaha illa Allah, Muhammad Ar-Rasulullah”, begitu bendera dan panji Rasulullah
Tiap masa memerlukan pahlawan, yang muncul dan menjadi syiar, yang menjadi simbol dan harapan, seperti Ali bin Abu Thalib. Agar ummat ini tahu, masih ada pemberani yang siap untuk berkorban karena Allah