Pandemi Mulai Hilang, Produsen Peci Kembali Menggeliat

545
Seorang pengrajin sedang mengerjakan peci Bulan Bintang HM. Sanusi. (Foto: Edwin Budiarso/Muslim Obsession)

Tangerang, Muslim Obsession – Setelah mengalami penurunan produksi karena minimnya pesanan akibat pandemi Covid-19, produsen peci perlahan mulai bangkit.

Setidaknya itu diakui Irsul Muhkimi, generasi ketiga pengrajin peci Bulan Bintang HM. Sanusi. Pria yang akrab disapa Bang Kiming itu mengatakan, saat ini produksi peci di tempatnya mulai banyak menerima pesanan.

“Awal pandemi di tahun 2019 sampai awal 2021 ini terasa banget pengaruhnya. Pesanan sepi. Tapi mulai sebulan ke belakang ini pesanan mulai datang, meski tidak seperti sebelum pandemi ada,” ujar Bang Kiming saat disambangi Muslim Obsession, Rabu (15/9/2021).

BACA JUGA: FOTO: Pembuat Peci yang Turun Temurun di Kampung Gelam

Ia menambahkan, pada tahun 2019 rumah produksi yang terletak di Kp. Gelam Timur, RT. 08/03, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang ini biasa membuat 100 lebih peci dalam sehari. Dan saat ini puluhan pesanan mulai datang setiap hari.

Bang Kiming menjelaskan, peci Bulan Bintang HM. Sanusi diproduksi dalam dua model peci, yaitu lipat dan susun. Peci lipat bisa dengan atau tanpa kertas, sementara peci susun dengan kertas dan bentuknya kaku.

Peci yang dibuat dipesan oleh banyak kalangan dalam banyak ukuran untuk kisaran anak usia 10 tahun hingga dewasa. Adapun harga, peci Bulan Bintang HM. Sanusi dijual di kisaran harga Rp.70.000 hingga Rp.120.000.

BACA JUGA: Pakai Peci NU, Pendeta Yerry Kagum dengan Toleransi Umat Islam

“Kalau pesanan sih dari dulu sampai sekarang paling banyak dari kalangan santri di Kabupaten Tangerang, Bogor, dan Pandeglang. Tapi itu untuk model peci lipat. Kalau yang kaku kebanyak dipesan dari daerah Kota Tangerang, Bekasi, Karawang, dan kota-kota lainnya,” jelas Bang Kiming.

Pembuatan Peci Bulan Bintang HM. Sanusi dimulai sekitar tahun 1976 dengan produksi peci model kaku. Pada tahun 90-an mulai memproduksi peci model lipat dan pada tahun 2000-an mulai memproduksi peci lipat tanpa kertas, sehingga peci bisa dimasukkan ke dalam saku.

“Orang-orang yang terlibat dalam produksi peci di sini semua masih keluarga. Istilahnya, ini kerajinan turun temurun,” tutup Bang Kiming. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here