OKI Bentuk Dana Perwalian untuk Bantu Krisis Ekonomi di Afghanistan

565

Muslim Obsession – Para menteri yang menghadiri pertemuan terakhir Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) sepakat untuk membentuk dana perwalian kemanusiaan demi mengatasi krisis ekonomi yang berkembang di Afghanistan menyusul pengambilalihan pemerintahan Taliban setelah penarikan Amerika Serikat.

“Dana tersebut akan dibentuk di bawah Bank Pembangunan Islam untuk menyalurkan bantuan ke Afghanistan dalam koordinasi dengan kelompok lain,” ujar Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi pada konferensi pers, seperti dilansir Daily Sabah, Senin (20/12/2021).

Sebuah pernyataan akhir dari pertemuan itu mengatakan bahwa mengizinkan Afghanistan mengakses sumber daya keuangannya akan menjadi sangat penting untuk mencegah keruntuhan ekonomi dan mengatakan jalur realistis untuk mencairkan miliaran dolar dalam cadangan bank sentral harus dieksplorasi.

Qureshi mengatakan krisis yang semakin dalam dapat menyebabkan kelaparan massal, banjir pengungsi, dan peningkatan terorisme.

“Kita tidak bisa mengabaikan bahaya kehancuran ekonomi total,” katanya pada pertemuan itu, yang juga dihadiri oleh menteri luar negeri Taliban Amir Khan Muttaqi bersama delegasi dari Amerika Serikat, China, Rusia, Uni Eropa dan PBB.

Pertemuan itu adalah konferensi terbesar di Afghanistan sejak pemerintah yang didukung AS jatuh pada Agustus dan Taliban kembali berkuasa.

Sejak itu, miliaran dolar dalam bentuk bantuan dan aset telah dibekukan oleh komunitas internasional, dan negara ini berada di tengah musim dingin yang pahit.

PBB telah berulang kali memperingatkan bahwa Afghanistan berada di ambang darurat kemanusiaan terburuk di dunia dengan gabungan krisis pangan, bahan bakar dan uang tunai.

Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengatakan dunia perlu memisahkan Taliban dari rakyat biasa Afghanistan.

“Saya berbicara dengan Amerika Serikat secara khusus bahwa mereka harus memutuskan hubungan antara pemerintah Afghanistan dari 40 juta warga Afghanistan,” katanya, bahkan jika mereka telah berkonflik dengan Taliban selama 20 tahun.

Dia juga mendesak kehati-hatian dalam menghubungkan pengakuan pemerintah baru dengan cita-cita hak asasi manusia Barat.

“Setiap negara berbeda… ide setiap masyarakat tentang hak asasi manusia berbeda,” ucapnya. (Vina)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here