NU dan Masyumi Berpisah Tapi Tetap Kompak

1452

Nasionalisasi De Javasche Bank

SEMENJAK masih sebagai anggota parlemen, Jusuf Wibisono gigih memperjuangkan nasionalisasi De Javasche Bank. Usul itu dia sampaikan juga kepada Menteri Keuangan pada Kabinet Natsir, Mr. Sjafruddin Prawiranegara.

Menurut Jusuf, tuntutan nasionalisasi itu mengandung pengertian bahwa kedudukan Javasche Bank terhadap Pemerintah memang harus jauh berbeda dari sekarang. Bukan lagi direksi De Javasche Bank, melainkan Pemerintah yang akhirnya menentukan monitaire dan financiale politik negara.

Sjafruddin mendukung gagasan menasionalisasi De Javasche Bank, akan tetapi dia berpendapat sebelum tindakan itu dilakukan, harus diadakan persiapan-persiapan lebih dulu untuk mencegah jangan sampai organisasi bank sirkulasi itu dan kepercayaan orang kepada Pemerintah RI menjadi rusak, “dan kita ternyata memutar leher ayam yang bertelur emas.”

Jusuf Wibisono menafsirkan pendirian Sjafruddin itu sebagai sikap anti (menolak) nasionalisasi Javasche Bank. Maka, ketika Wibisono menjadi Menteri Keuangan pada Kabinet Soekiman, dan berkesempatan mewujudkan gagasannya menasionalisasi De Javasche Bank yang muncul di kepalanya untuk diusulkan menjadi Gubernur De Javasche Bank ialah Dr. Sumitro Djojohadikusumo dari Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang sejak awal sudah mendukung gagasan Wibisono.

Gagasan Wibisono gagal dilaksanakan, karena ditolak oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta. “Jangan (ajukan Sumitro)! Nanti akan menimbulkan ketegangan dalam Partai Masyumi. Angkat saja Sjafruddin.”

Menghormati pendapat Bung Hatta, Wibisono mengangkat Sjafruddin Prawiranegara menjadi Gubernur De Javasche Bank yang terakhir, sekaligus Gubernur Bank Indonesia yang pertama.

Ketika ditanya wartawan, mengapa Wibisono batal mengangkat Sumitro dan mengangkat Sjafrudfin, dia jawab singkat: “Taat kepada keputusan partai.” Masyumi memang mengusulkan Sjafruddin.

Selanjutnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here