Ngaji Sejak Kelas 2 SD, KH. Muammar ZA Sudah 58 Tahun Jalani Profesi Sebagai Qari

2483
KH. Muammar Zainal Asyikin. (Foto: YouTube)

Muslim Obsession – Legenda Qari Tanah Air, KH. Muammar Zainal Asyikin atau yang akrab dikenal dengan Muammar ZA, ternyata sudah mulai mendapat undangan mengaji di depan orang banyak sejak duduk di kelas dua sekolah dasar. Perjalanannya sebagai qari sejak tahun 1962 itu berlangsung hingga saat ini.

“Sudah 58 tahun saya ngaji-ngaji ini. Alhamdulillah sampai sekarang. Kalau buatan manusia mungkin sudah tidak ada lagi suaranya,” ungkap Muammar dalam sebuah tayangan video yang diunggah Cahaya Nuansa Islami, Desember 2020.

Qari internasional ini mengaku bahwa suara yang dimilikinya merupakan anugerah dari Allah Ta’ala. Kecintaannya pada Al-Quran telah membawanya keliling Nusantara bahkan dunia.

Kecintaannya pada Al-Quran merupakan buah didikan hebat kedua orang tua Muammar, H. Zainal Asykin dan Hj. Mu’minatul Afifah, yang juga merupakan tokoh agama di desanya.

Muammar adalah putra ketujuh dari sepuluh bersaudara. Ia dilahirkan pada 14 Juni 1954 di Dusun Pamulihan, Warungpring, Kecamatan Moga, kurang lebih 40 KM selatan ibu kota Kabupaten Pemalang. Jejaknya sebagai qari diikuti adik beliau yang bernama Imron Rosyadi ZA. Imron menjadi qari nasional setelah menjuarai MTQ.

Setamat SD, Muammar melanjutkan pendidikan di pondok pesantren yang ada di Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah. Setelah mondok, Muammar belajar di PGA di Yogyakarta dan sempat pula belajar di IAIN Sunan Kalijaga.

Selama kuliah Muammar masih menggeluti dunia qari. Mengikuti MTQ tingkat Provinsi DIY tahun 1967, ia berhasil menyabet juara pertama tingkat remaja. Setelah itu langganan tetap menjadi kontingen DIY di MTQ Nasional. Dari Yogyakarta, Muammar ZA pindah ke Jakarta melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ), Ciputat. Di kampus yang dikenal sebagai gudangnya para hufazh dan qari ini, kemampuan Muammar semakin terasah.

Sejatinya, bakat Muammar dalam melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran sudah terlihat sejak kecil ketika mengikuti lomba membaca Quran di Pemalang pada tahun 1962. Di usianya yang baru 7 tahun itu ia  menjadi juara.

Selanjutnya, raihan prestasi terus diraihnya, seperti menjadi juara 1 MTQ Se-Propinsi DIY tahun 1967. Kemudian selama tiga kali berturut-turut (1967, 1972, 1973) menjuarai MTQ tingkal nasional mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tahun 1979 dan 1986 menjadi juara dalam lomba qori’ tingkat Internasional.

Atas berbagai keberhasilannya ia kerap diundang keliling di berbagai belahan dunia. Di antaranya dia diundang mengaji di Istana Raja Hasanah Bolkiah (Brunei), Istana Yang Dipertuan Agung Malaysia, Pakistan, Turki, hingga ke Jazirah Arab.

Muammar menikahi seorang wanita Aceh bernama Syarifah Nadiya pada tahun 1984 dan dikaruniai seorang putri dan 4 putra. Pada tahun 2002, beliau mendirikan Pondok Pesantren Ummul Quro yang berada di Cipondoh, Tangerang untuk menciptakan qari dan qari’ah muda berkelas internasional sejak dini. (Fath)

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here