Muhammadiyah Imbau Penceramah Shalat Idul Fitri Tak Bermuatan Politik

661
Haedar Nashir
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir.

Yogyakarta, Muslim Obsession – Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir meminta agar seluruh khatib shalat Idul Fitri menyampaikan pesan ke-Islaman dengan kedamaian, rasa persaudaraan, berkemajuan dan mencerahkan.

“Para khatib dan mubalig hendaknya menyampaikan khotbah dan ceramah shalat Idul Fitri 1439H, berisi ajakan agar umat Islam senantiasa berusaha melanjutkan amal saleh selama bulan Ramadhan secara lebih baik, meningkatkan ketaqwaan dengan berbuat ihsan, meningkatkan soliditas dan solidaritas sosial, serta memelihara kerukunan dan persatuan umat dan bangsa,” ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima Muslim Obsession, Kamis (14/6/2018).

Dalam seruan itu Muhammadiyah juga mengingatkan para khatib dan mubalig agar tidak menjadikan khotbah dan ceramah sebagai ajang kampanye dan propaganda politik praktis pada shalat Idul Fitri yang berlangsung pada Jumat (15/6/2018) berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal, Ijtimak jelang Syawal 1439H terjadi pada hari Kamis Kliwon 14 Juni 2018 pukul 02:45:53 WIB.

“Jangan menyampaikan materi yang berpotensi menimbulkan kontroversi dan disharmoni sosial, politik, dan agama baik intern maupun antarumat beragama. Dalam penggunaan media sosial Muhammadiyah meminta masyarakat semakin cerdas, dewasa, dan berkeadaban,” ujarnya.

Selain itu Haedar Nashir juga mengatakan media sosial harus digunakan sebagai ajang silaturahmi, peduli dan berbagi, dan mengembangkan pengetahuan, “untuk itu, jauhi hal-hal yang menyebabkan kebencian, dusta, dan permusuhan agar kehidupan di masyarakat tetap terjaga dengan damai dan rukun. Mari, bersama kita melaksanakan ibadah yang tenang, aman, dan tertib,” tambahnya.

Masyarakat hendaknya bersilaturrahmi dengan saling mengunjungi dan kerelaan memaafkan untuk meningkatkan harmoni, kerukunan, persatuan, dan persaudaraan umat dan bangsa, bukannya untuk saling mencaci.

Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua Majelis Dakwah Indonesia DIY, Cholid Mahmud. Penceramah dalam hari besar umat Islam tidak berpolitik praktis. Menurut dia, meski berpolitik menjadi salah satu hal yang disampaikan dalam Al-Quran namun para penceramah tidak boleh terlibat dalam politik praktis dan menyampaikannya saat ceramah.

Jika tetap mengarah ke politik praktis, menurut Cholid, masyarakat berhak menolak.

“Masyarakat tidak mendapat kemaslahatannya, jadi mending tidak usah disampaikan. Tapi saya kira menurut pandangan pribadi tidak akan ada ceramah yang memuat ujaran kebencian atau politik praktis,” ungkapnya. (Bal)

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here