Mohammad Natsir, Menteri yang Tak Punya Baju Bagus

1644
Rumah Kelahiran Natsir (Foto: Wikipedia)

Mohammad Natsir, Dipuji Dunia, Dipenjara di Negeri Sendiri

Pemerintah Indonesia saat itu, baik yang dipimpin oleh Soekarno maupun Soeharto, sama-sama menuding Mohammad Natsir sebagai pemberontak dan pembangkang, bahkan tudingan tersebut membuatnya dipenjarakan.

Sedangkan oleh negara-negara lain, Natsir sangat dihormati dan dihargai, hingga banyak penghargaan yang dianugerahkan kepadanya.

Dunia Islam mengakui Mohammad Natsir sebagai pahlawan yang melintasi batas bangsa dan negara. Bruce Lawrence menyebutkan bahwa Natsir merupakan politisi yang paling menonjol mendukung pembaruan Islam.

Pada tahun 1957, ia menerima bintang Nichan Istikhar (Grand Gordon) dari Raja Tunisia, Lamine Bey atas jasanya membantu perjuangan kemerdekaan rakyat Afrika Utara.

Penghargaan internasional lainnya yaitu Jaa-izatul Malik Faisal al-Alamiyah pada tahun 1980, dan penghargaan dari beberapa ulama dan pemikir terkenal seperti Syekh Abul Hasan Ali an-Nadwi dan Abul A’la Maududi.

Pada tahun 1980, Natsir dianugerahi penghargaan Faisal Award dari Raja Fahd Arab Saudi melalui Yayasan Raja Faisal di Riyadh, Arab Saudi. Ia juga memperoleh gelar doktor kehormatan di bidang politik Islam dari Universitas Islam Libanon pada tahun 1967.

Pada tahun 1991, ia memperoleh dua gelar kehormatan, yaitu dalam bidang sastra dari Universitas Kebangsaan Malaysia dan dalam bidang pemikiran Islam dari Universitas Sains Malaysia.

Pemerintah Indonesia justru baru menghormatinya setelah 15 tahun kematiannya. Tepatnya pada 10 November 2008 Natsir dinyatakan sebagai pahlawan nasional Indonesia.

Konon, Soeharto enggan memberikan gelar pahlawan kepada salah satu “bapak bangsa” ini. Lalu pada masa B.J. Habibie, dia diberi penghargaan Bintang Republik Indonesia Adipradana. (Vina)

Berbagai sumber..

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here