Meski Keturunan Rasulullah, Ini Alasan Quraish Shihab Enggan Dipanggil “Habib”

983
Prof. Muhammad Quraish Shihab.
Prof. Muhammad Quraish Shihab.

Muslim Obsession – Habib menjadi gelar prestisius di tengah umat Islam. Di Indonesia, gelar habib memiliki posisi istimewa karena orang-orang yang bergelar habib merupakan dzuriyat atau keturunan Rasulullah ﷺ yang wajib dihormati.

Kendati prestisius dan dihormati masyarakat, rupanya Prof. Quraish Shihab yang jelas-jelas merupakan keturunan Rasulullah ﷺ enggan menyematkan kata “habib” di depan namanya, sehingga ia pun enggan dipanggil “habib”.

Bernama Muhammad Quraish Shihab, ulama kelahiran Rappang pada 16 Februari 1944 tersebut merupakan putra dari Abdurrahman Shihab adalah seorang ulama dan guru besar dalam bidang tafsir. Tak hanya ulama, ia juga merupakan pengusaha dan politikus yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan.

BACA JUGA: Pendapat Quraish Shihab Soal Hukum Baca Al-Quran Lewat HP

Kontribusinya dalam bidang pendidikan terbukti dari usahanya membina dua perguruan tinggi di Ujungpandang, yaitu Universitas Muslim Indonesia (UMI), sebuah perguruan tinggi swasta terbesar di kawasan Indonesia bagian timur, dan IAIN Alauddin Ujungpandang. Abdurrahman Shihab juga tercatat sebagai rektor pada kedua perguruan tinggi tersebut: UMI 1959-1965 dan IAIN 1972–1977.

“Habib bermakna seseorang yang dicintai dan mencintai. Kalau Anda hanya mencintai tapi tidak dicintai berarti bertepuk sebelah tangan, itu buruk. Habib suatu gelar kehormatan yang kedudukannya baik, maka menuntut tanggung jawab,” ungkap ayah dari Najwa Shihab itu menjelaskan alasannya tak mau dipanggil habib.

BACA JUGA: Quraish Shihab: Jodoh Itu Rezeki, Harus Dijemput, Bukan Ditunggu

Rektor IAIN Syarif Hidayatullah (1992-1998) tersebut juga mengaku tak pantas dipanggil “Kiai”. Menurutnya, kiai itu dalam ilmunya dan akhlaknya baik, sementara dirinya merasa ilmunya belum dalam dan akhlaknya pun belum sesuai dengan ajaran agama.

“Jadi tidak usah panggil saya habib, biar saya berjuang dulu. Mudah-mudahan setelah saya meninggal, orang-orang lihat, ‘Oh, itu habib’. Tapi sekarang tidak,” jelas salah seorang Menteri Agama di era Presiden Suharto tersebut.

Penjelasan tentang makna “habib” dipaparkan lebih jelas oleh KH. Ahmad Mustofa Bisri. Sahabat karib Prof. Quraish Shihab yang akrab disapa Gus Mus itu mengatakan, kata “habib” bermakna mencintai sekaligus dicintai oleh orang-orang shalih.

BACA JUGA: Gus Mus: Tolong Para Kiai, Ustadz, Habaib Hadirkan Lagi Akhlak Rasulullah

“Habib itu ‘ala wazni fa’iil dengan makna fa’il dan maf’ul sekaligus. Jadi habib memiliki makna fa’il maupun maf’ul, yaitu orang yang mencintai ila kulli shalihin dan kullu shalihin mencintai beliau. Jadi kalau mengikuti asal lafazhnya maka habib bermakna orang yang mencintai dan dicintai,”ungkap pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang tersebut dalam sebuah video yang diunggah Ngaji Kiaiku.

“Makanya kiai Prof. Quraish Shihab, dia sebetulnya habib, tapi beliau ndak mau karena dia masih belum bisa menjadi orang yang dicintai orang, baru bisa mencintai orang. Beliau mau dipanggil habib hanya oleh cucunya,” tandasnya. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here