Menuju Haji 2018

3509

Oleh: Rinaldi Munir (Dosen Teknik Informatika ITB)

Alhamdulillah, jika tidak ada halangan, saya mendapat undangan menjadi tamu Allah di Tanah Suci Mekkah dan Madinah pada tahun 2018 ini. Setelah menunggu selama enam tahun, akhirnya saya mendapat porsi haji tahun ini. Seperti yang saya tulis pada tulisan tahun 2012 (Bismillaahirrahmaanirrahiim, Memulai Niat ke Tanah Suci), saya mendaftar haji pada awal tahun 2012 dan diperkirakan berangkat pada tahun 2018. Jadi, ada masa enam tahun bagi saya menunggu dapat porsi haji. Saya masih “beruntung” enam tahun, pendaftar sesudah saya beberapa bulan kemudian ada yang harus menunggu 10 tahun. Saya ikut ONH biasa, bukan ONH plus yang waktu tunggunya setahun.

Sekarang ini rata-rata waktu tunggu calon jamaah haji asal Jawa Barat untuk mendapat porsi haji sudah berada di atas 10 tahun, bahkan ada yang 15 tahun. Makin lama Anda menunda mendaftar haji, makin lama pula mendapat porsi haji. Sebaiknya jika Anda mempunyai uang minimal 25 juta, segeralah mendaftar haji ke bank penerima ONH, agar mendapat perkiraan waktu berapa lama menunggu untuk mendapat porsi haji. Entah kalau umur nanti masih sampai…

Setelah mendapat kepastian berangkat pada tahun ini (bisa dilihat di website Kemenag Haji), maka langkah selanjutnya adalah memutuskan apakah akan ikut rombongan KBIH (Kelompok  Bimbingan Ibadah Haji) atau haji mandiri (non-KBIH). Ada plus dan minusnya jika ikut KBIH atau non-KBIH. Jika ikut KBIH kita memang harus mengeluarkan uang tambahan sekitar 3,5 juta rupiah (minimal) untuk bimbingan ibadah haji dan lain-lain, sedangkan kalau non-KBIH (istilahnya haji mandiri), tidak perlu keluar biaya lagi. Kelebihan ikut KBIH adalah urusan administrasi kita ke kantor Kemenag sudah diurus oleh KBIH, kita tinggal beres saja, sedangkan kalau non-KBIH maka semuanya harus diurus sendiri.

Bagi orang yang sibuk dan tidak punya banyak waktu, maka ikut KBIH adalah pilihan yang realistis. Selain itu, bimbingan ibadah haji di KBIH sudah dimulai sejak Februari, sedangkan kalau non-KBIH bimbingan haji dilakukan sesudah Idul Fitri sebanyak enam kali (empat kali di KUA kecamatan dan dua kali di tingkat kabupaten/kota). Selebihnya ketika akan berangkat ke embarkasi  haji dan selama di Tanah Suci sama saja antara jamaah KBIH dan non-KBIH, dalam arti konsumsi dan akomodasi diurus oleh Pemerintah, begitu juga jamaah mendapat pembimbing ibadah haji per kelompok (jika ikut KBIH maka pembimbing hajinya dari KBIH).

Setelah mempertimbangkan banyak hal, maka akhirnya saya memilih ikut KBIH. Saya memilih sebuah KBIH yang kantornya di sekitaran Gedung Sate – Masjid Istiqamah Bandung dan sudah saya kenal reputasinya. Saya berangkat haji sendiri, istri saya sudah haji pada tahun 2011. Oh iya, kita harus memastikan bahwa KBIH yang kita pilih adalah KBIH yang legal dan terdaftar di Kemenag serta sudah dikenal reputasinya. Reputasi ini bisa kita cari di Internet atau dari cerita orang lain. Sudah sering kita dengar kisah pilu jamaah haji yang ditelantarkan KBIH-nya di Tanah Suci, maka jangan sampai terulang lagi kisah sedih demikian.

Bimbingan ibadah haji di KBIH sudah dimulai sejak Februari, tetapi saya baru ikut pada bulan Maret. Agak terlambat juga saya ini, tetapi untunglah masih berupa materi teori dan belum praktek manasik haji. Praktek manasik haji akan dilakukan pada bulan Juli nanti dimana calon jamaah haji menginap selama dua hari satu malam di sebuah tempat.

Bulan-bulan sebelum keberangkatan, maka bebarapa tindakan yang harus kita lakukan sendiri (tidak diurus oleh KBIH) adalah medical check-up dan pemeriksaan kesehatan di Puskesmas. Pemeriksaaan kesehatan di Puskesmas hanya bisa dilakukan jika kita sudah melakukan full medical check up di klinik kesehatan. Hasil medical check up inilah yang harus dibawa ke Puskesmas.  Pemeriksaan kesehatan di Puskemas diperlukan untuk memastikan apakah calon jamaah haji dinyatakan cukup sehat untuk berangkat haji. Hasil pemeriksaan kesehatan ini menjadi rujukan boleh tidaknya kita melunasi setoran haji. Seperti diketahui ibadah haji memakan waktu sekitar 40 hari dan memerlukan ketahanan fisik dan kesehatan yang baik. Jika mengidap penyakit beresiko tinggi (penyakit jantung, stroke, diabetes, ashtma, gagal ginjal, dll) maka kita tidak disarankan untuk berangkat haji sampai menunggu kita sudah sehat betul.

Saya melakukan  full medical check up di sebuah klinik medis yang terkenal di kota Bandung. Pemeriksaan meliputi darah, urin, paru-paru, dan jantung. Dari sampel darah dan urin akan diukur kadar gula darah, kolesterol (HDL dan LDL), trigliserida, HB, golongan darah, dan kadar asam urat. Untuk paru-paru maka kita difoto rontgen, sedangkan pemeriksaan jantung menggunakan tes EKG untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada jantung. Biaya full medical check up ini sekitar 1,2 juta rupiah. Sempat terjadi “drama” yang membuat saya shock, yaitu hasil EKG jantung saya ternyata salah, yang seharusnya normal (insya Allah) tetapi ditulis “suspect OMI dan CLV” (lupa saya singkatannya). Saya sempat harus dirujuk ke RS untuk pemeriksaan lebih lanjut, tetapi sebelum saya ke RS, pihak klinik menelpon kalau hasil EKG saya tertukar dengan diagnosa pasien lain. Masya Allah, bagaimana bisa sebuah klinik medis besar dan terkenal sungguh teledor memberikan hasil tes yang bukan sebenarnya. Mereka beberapa kali minta maaf atas kesalahan tersebut, tetapi permintaan maaf tersebut tidak mampu menghilangkan rasa shock saya selama beberapa hari yang membuat saya tidak bisa tidur dan merasa cemas. Saya anggap kejadian ini ujian kesabaran sebelum menunaikan ibadah haji. Astaghfirullah.

Hasil medical check up ini lalu saya bawa ke Puskesmas di Jalan Salam. Karena saya ikut KBIH, maka Puskesmasnya sudah ditentukan, jadi tidak bisa di sembarang Puskesmas. Di Puskesmas hasil medical check up  itu dibaca oleh dokter. Ada beberapa pertanyaan yang harus kita jawab, misalnya pernah mendapat sakit apa saja, pernah diopname, riwayat kesehatan keluarga (orangtua), selain itu juga diukur berat dan tinggi badan. Setelah dokter Puskesmas memastikan saya sehat, maka data saya dimasukkan ke Siskohat (betul namanya demikian?) secara daring. Data ini dikirim ke Dinas Kesehatan kota Bandung untuk disetujui. Kita mendapat surat yang disebut surat Istitoah yang menyatakan kita sehat dan boleh untuk beribadah haji.

Nah, langkah selanjutnya adalah vaksinasi meningitis. Calon jamaah haji harus disuntik meningitis di Puskesmas yang ditunjuk. Rencananya saya akan disuntik besok. Selanjutnya pada tanggal 28 April nanti semua calon jamaah haji dari beberapa KBIH yang bekerjasama dengan Puskesmas Salam harus ikut tes kebugaran, yaitu lari keliling lapangan di GOR Saparua di Jalan Banda. Mungkin tes ini untuk mengetahui kebugaran jamaah, sebab sebagian besar ibadah haji adalah berjalan kaki dari suatu tempat ke tempat lain.

Kewajiban lain yang harus diurus sendiri adalah melunasi setoran ONH di bank penerima yang ditunjuk. Tahun ini besaran ONH sekitar 35 juta rupiah lebih dua ratus ribu. Pada waktu mendaftar pertama kali kita harus menyetor 25 juta rupiah, jadi kekurangannya sekitar 10 juta lagi. Pelunasan setoran ONH ini menjadi bukti bahwa kita jadi berangkat tahun ini, jika tidak melunasi maka tertunda pada tahun selanjutnya dan porsi kita diambil dari waiting list berikutnya. Pada saat pelunasan di bank kita harus  membawa buku tabungan, BPIH asli, pas foto yang cukup banyak (3 x 4 dan 4 x 6 masing-masing lima lembar), materai 6000, dan surat istitoah dari Puskesmas.  Nantinya, bukti pelunasan setoran ONH kita bawa ke KBIH, lalu KBIH yang mengurus pendaftaran final ke kantor Kemenag. Disarankan Anda menyiapkan pas foto sebanyak mungkin (sekitar 50 lembar) karena untuk pendafatran akhir di Kemenag kita diminta foto 25 lembar lagi.

Jika semua sudah beres, maka kita tinggal menunggu waktu keberangkatan, apakah pada gelombang pertama atau pada gelombang kedua. Jamaah haji gelombang pertama langsung menuju Madinah (umrah dulu baru haji), sedangkan jamaah haji gelombang kedua langsung ke Mekah (haji dulu baru umrah). Kepastian waktu berangkat baru nanti kita ketahui pada saat bulan Ramadhan. Diperkirakan jamaah haji mulai berangkat setelah tanggal 20 Juli 2018. Sambil menunggu waktu keberangkatan tiba, maka perbanyaklah membaca buku bimbingan ibadah haji, dan yang paling penting adalah selalu menjaga kesehatan fisik dan mental, menjaga agar tubuh selalu bugar, sebab ibadah haji itu adalah ibadah yang berat.

Insya Allah, aku akan datang memenuhi panggilan-Mu nanti ya, Allah. (***)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

Tinggalkan Balasan ke yolan prastyo Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here