Meningkatkan Produktivitas UMKM Melalui Literasi

660

Oleh: Dr. Dewi Tenty Septi Artiany, SH, MH, M.Kn. (Pemerhati Koperasi & UMKM)

Setiap tanggal 8 September diperingati sebagai Hari Literasi Internasional (International Literacy Day), atau hari aksara sedunia, atau hari Melek Huruf Internasional. Hari literasi pertama kali diumumkan oleh Unesco pada tanggal 17 November 1965 sebagai peringatan untuk menjaga pentingnya melek huruf bagi setiap manusia, komunitas, dan masyarakat.

Di masa pandemi yang sudah berjalan hampir dua tahun telah mengakibatkan perubahan sikap manusia. Terjadinya perubahan besar-besaran tidak hanya pada perilaku manusia dalam menjaga kesehatan, tetapi juga terhadap kegiatan sosial, pendidikan, perekonomian dan literasi.

Literasi yang banyak ditampilkan di masa pandemi adalah seputar kesehatan, menjaga diri dari pandemi, dan bagaimana perekonomian dapat bertahan di masa krisis akibat pandemi. Dalam hal perdagangan, perubahan literasi dan perilaku yang terjadi diantara penjual dan pembeli yang biasanya berinteraksi secara langsung (offline) berubah menjadi lewat daring (online).

Hal ini sebagai akibat dari diterapkannya kebijakan PPKM yang membatasi manusia untuk berinteraksi secara langsung. Akan tetapi hakekat manusia sebagai makhluk sosial, zoon politicon atau yang dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain tetap mendorong manusia untuk berinteraksi dan dengan kemudahan teknologi, manusia tetap dapat bersosialisasi melalui daring untuk bercakap-cakap atau dengan tulisan dalam bentuk Whatsapp, Email, Twitter, Facebook, dan sebagainya.

BACA JUGA: Wakili Indonesia di Acara Workshop APO 2021, Dewi Tenty Presentasikan Keberhasilan UMKM

Pandemi mengakibatkan terjadinya desrupsi, yaitu terjadinya perubahan besar-besaran yang disebabkan oleh adanya inovasi yang mengubah sistem dan tatanan bisnis ke arah/tantangan yang lebih baru; dorongan perubahan mengakibatkan terjadinya transformasi digital.

Dalam konteks perdagangan, jual beli secara online telah menghilangkan sebagian peran dari panca indera manusia seperti indera penciuman, indera peraba, indera perasa. Dengan pasar digital pembeli hanya dapat mengandalkan indera penglihatan untuk melihat tampilan suatu produk dan tentunya hal tersebut tidak lah cukup; tampilan gambar harus diperkuat dengan narasi yang dapat lebih memberikan penjelasan pada produk yang ditampilkan tersebut.

Di sini lah pentingnya narasi yang dapat menambah kekuatan suatu produk, narasi tersebut ditampilkan dapat berupa deskripsi yang terdiri dari sumber daya alam dan manusia yang mengerjakan produk tersebut dan apa manfaatnya bagi manusia dan lingkungan sekitar yang menghasilkan produk tersebut; itu akan meningkatkan value dari suatu produk. Narasi tersebut ditunjukkan ke dalam platform digital yang akhirnya menjadi suatu literasi digital.

BACA JUGA: Kemerdekaan dari Jeratan Utang Fintech Ilegal Berkedok Koperasi Simpan Pinjam

Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari (Wikipedia).

Narasi yang berisi deskripsi suatu produk tidak hanya berfungsi untuk memudahkan konsumen mengenali suatu produk tetapi juga untuk menarik perhatian dan memberikan keyakinan kepada konsumen bahwa produk yang dibeli memiliki nilai lebih.

Narasi produk dapat terdiri dari informasi produk, manfaat produk baik bagi pembeli maupun bagi sumber daya manusia yang membuatnya. Contohnya: “kripik pisang ini dibuat dari pisang kepok kuning yang melimpah di Cianjur, yang terkenal ciri khas garing dan manis dalam setiap irisannya, yang diolah oleh tangan-tangan terampil ibu-ibu pelaku UMKM yang giat memproduksi kripik ini disela kesibukannya mengurus rumah dan menjaga anak-anak agar anak-anak mereka mendapat pendidikan yang baik dan lebih berhasil dibanding orang tuanya. Dengan membeli kripik pisang ini berarti kita telah membantu kelangsungan masyarakat Cianjur untuk melestarikan pohon pisang kepok kuning dan juga membantu mereka untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.”

BACA JUGA: Membangkitkan Kecintaan Masyarakat Membeli Produk Lokal UMKM

Narasi seperti ini merupakan narasi sugestif yang bertujuan untuk memberi makna atau peristiwa sebagai satu pengalaman. Narasi jenis ini melibatkan imajinasi bagi pembacanya karena sasaran utamanya adalah makna dari suatu peristiwa. Jadi pembeli dengan membaca narasi seperti ini maka akan timbul rasa selain menikmati kripik pisang juga bangga dapat membantu kelangsungan kegiatan dari suatu komunitas.

Peran literasi dalam peningkatan produktivitas produk lokal menjadi kata kunci dalam gerakan cinta produk dalam negeri, cinta buatan Indonesia, beli produk dalam negeri, apalagi dilihat dari perbandingan jumlah UMKM di Indonesia yang mencapai 64,2 juta dan jumlah penduduk sebanyak 276.534.274 produk UMKM di Indonesia seharusnya sudah tidak perlu mencari pasar dengan cara export, apabila demand pasar lokal dapat menyerap habis produk buatan dalam negeri maka UMKM naik kelas dan UMKM kuat tidak akan hanya menjadi sekedar literasi.

Di hari literasi ini kita kuatkan kembali slogan-slogan yang mengedukasi, memberi semangat rasa bangga akan produk dalam negeri, menjadi pahlawan dan patriot bangsa dengan memakai produk-produk dalam negeri yang tentunya akan meningkatkan produktivitas UMKM di Indonesia.

 

Data diolah dari berbagai sumber.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here