Mengenal Sosok Usamah Hisyam

3061
Usamah Hisyam - Ok
Ketua Umum PP Parmusi, H. Usamah Hisyam. (Foto: Edwin B/Muslim Obsession)

Oleh: Syukri Alvin (Mantan Chief of Reporters Harian Angkatan Bersenjata)

Sosok Usamah Hisyam dalam dua pekan terakhir mencuat menjadi kontroversial. Diawali dengan tulisan Djadjang Nurdjaman yang viral pada 16 Desember 2018 di media sosial, dengan judul “La Nyalla, Usamah Hisyam, dan Joko Widodo”.

Intinya, Djadjang mensinyalir mundurnya Usamah Hisyam dari Dewan Penasihat PA 212, karena mantan jurnalis senior Media Indonesia ini merupakan proxy Surya Paloh (SP), operator politik SP dengan mengambil keuntungan finansial, yang memiliki hubungan saudara dengan La Nyalla, yang belakangan menyerang Prabowo. Tetapi manuver Usamah jauh lebih hebat dari La Nyalla, bahkan Usamah disinyalir wartawan yang intelijen, intelijen yang wartawan.

Usamah lantas menulis sebuah artikel yang menghebohkan jagad media sosial dan perpolitikan nasional. Ia menceriterakan secara gamblang latar belakang kemunduran dirinya dari PA 212, tidak seperti yang dituduhkan (bahkan menurut Usamah merupakan fitnah) Djadjang Nurdjaman, mantan wartawan yang pendukung (timses?) Prabowo.

Artikel itu turun dengan judul Prabowo Marah Meninju Meja, para Ulama Terperangah. Seluruh isi artikel panjang itu justru menunjukkan sikap kritis dan idealisme Usamah, bagaimana dirinya memperjuangkan kepulangan Habib Rizieq Shihab di hadapan Presiden RI Joko Widodo, hingga Presiden berkenan menerima enam ulama PA 212 di Istana Bogor, 22 April 2018 lalu, yang berbuntut terbitnya SP3 dua kasus HRS.

Dalam proses selanjutnya, Usamah lantas menunjukkan sikap tegasnya mundur dari PA212, ketika komunitas Aksi Bela Islam itu dianggap telah menjadi tim sukses Prabowo Subianto. Usamah bersikukuh sejak awal dia tak sepakat bila PA 212 menjadi tim sukses, karena bertentangan dengan ruh kelahiran 212 yakni ABI yang mempersatukan persaudaraan umat.

Dalam beberapa hari terakhir, RMOL (Rakyat Merdeka Online) menurunkan sebuah artikel yang sumbernya tak jelas berjudul “Usamah Hisyam Titisan John Naro Sang Kaki Tangan para Jenderal Anti Islam”. Sebagai orang yang sangat mengenal pribadi Usamah Hisyam sebagai wartawan sejak usia muda, saya tergerak untuk menulis singkat sosok usamah Hisyam yang sesungguhnya.

Pada awal dekade 1990-an, Usamah telah berinisiasi melahirkan komunitas wartawan Islam ideologis, berjumlah belasan wartawan dari belasan media mainstream (cetak) nasional. Selain menjadi wartawan politik, para wartawan ini juga aktif dalam liputan di Mabes ABRI dan Mabes TNI AD. Mereka tergabung dalam Yayasan Dharmapena Nusantara pimpinan Usamah Hisyam.

Usamah cukup dekat dengan KSAD Jenderal R. Hartono, yang kerap disebut jenderal hijau royo-royo, memihak Islam. Hal itu terbukti, gagasan Usamah untuk melakukan sosialisasi dan mendesak agar ABRI back to barack, menjadi tentara profesional, menanggalkan dwi fungsi ABRI, dengan menggelar seminar ABRI dan Demokratisasi, yang digelar di Hotel Shangri-La Surabaya, awal 1997, mendapat perhatian dari Jenderal Hartono, yang langsung datang membuka seminar tersebut di Surabaya dengan menghadirkan berbagi narasumber tokoh-tokoh nasional.

Hasil seminar tersebut diterbitkan menjadi sebuah buku, berjudul ABRI dan Demokratisasi, dengan kata pengantar dari penulis seklaigus pengamat politik militer Indonesia terkenal asal Australia Dr Harorld Crouch, yang diundang Usamah datang ke Jakarta. Dalam peluncuran buku di Hotel Grand Melia itu, Usamah menyerahkan kepada Kassospol ABRI Letjen TNI Muhammad Yunus Yosfiah, Assosopol Kasospol ABRI, Mayjen TNI Susilo Bambang Yudhoyono, dan banyak lagi para tokoh ABRI dan lainnya yang hadir.

Sejak usia muda, Usamah sudah dikenal sebagai wartawan pergerakan Islam yang idealis dan kharismatik. Sejak usianya masih 29 tahun, hampir semua pejabat ABRI segan dan memiliki hubungan baik dengannya. Bagaimana tidak? Dialah wartawan yang turut mempelopori agar segera dilakukan reformasi TNI, termasuk pemisahan antara TNI dan Polri. Saat itu Usamah sudah menjadi redaktur polkam dan penanggung jawab halaman satu Media Indonesia, salah satu koran nasional yang berpengaruh di jagad nasional.

Kedekatannya dengan Panglima ABRI Jenderal TNI Feisal Tanjung, yang juga dkenal dengan jenderal hijau royo-royo karena anak keturunan tokoh Muhammadiyah di Sumatera Utara, terbukti dengan kepercayaan Tanjung kepada Usamah dkk untuk menuliskan buku biografi yang diberi judul “Jenderal Feisal Tanjung: Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat”. Usamah yang diminta sebagai Koordinator Tim Penulis, dan juga penerbit, yang diluncurkan di Balai Prajurit Balai Sudirman, setelah Feisal Tanjung menjabat Menko Polkam, 1998.

Kedekatan Usamah dengan pimpinan ABRI kala itu, bukan sekadar karena sikap profesionalismenya sebagai jurnalis muda, tetapi juga karena aktifitas pergerakannya sebagai aktifis wartawan Islam yang militan.

Pada penghujung Orde Baru, masih langka wartawan yang berani menunjukkan komitmennya terhadap pergerakan Islam, tetapi Usamah justru tampil menggerakkan sebuah komunitas wartawan Islam yang visioner. Ia kerap kali terlibat dalam Tim Citra Sospol ABRI saat Kassospol ABRI dijabat oleh Letjen TNI Syarwan Hamid.

Tahun 1999 Usamah diminta Jaksa Agung Letjen TNI Andi Muhammad Ghalib, yang dikenalnya saat masih bertugas sebagai Kepala Badan Pembinaan Hukum Mabes ABRI, untuk menulis biografi “Andi M Ghalib, Menepis Badai”.

Pada tahun 2001, Usamah yang sejak tahun 1990-an sudah aktif sebagai Ketua Departemen Penerbitn dan Media Massa Partai Persatuan Pembangunan, membawa 12 orang purnawirawan jenderal bergabung ke dalam partai Islam tersebut.

Waktu itu Usamah menjabat Asisten Pribadi Wakil Presiden Hamzah Haz, yang juga Ketua Umum PPP. Para jenderal tersebut antara lain Letjen TNI Muhammad Yunus Yosfiah, Letjen TNI Andi Muhammad Ghalib, Mayjen TNI Mulchis Anwar, Laksamana Muda Darmansyah dkk.

Kehebatan Usamah, meski dia sudah dikenal sebagai aktifis partai politik, ia juga masih dipercaya oleh Panglima TNI Laksamana Widodo AS untuk menulis biografinya, yang diberi judul “Widodo AS, Nakhoda Di Antara Tiga Presiden”, yang diluncurkan di hadapan 500 perwira tinggi TNI AL di Pangkalan Armada Timur, Surabaya, tahun 2003.

Bahkan, calon Presiden Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono pada Oktober 2003 meminta Usamah membuatkan buku biografi, yang kemudian sangat spektakuler, diberi judul “SBY Sang Demokrat”, diluncurkan Maret 2004 menjelang pilpres. Buku itulah yang menjadi salah satu faktor berpengaruh terpilihnya SBY sebagai presiden.

Bahkan saat itu Usamah dipercaya menjabat sebagai Koordinator Wartawan Tim Kampanye Nasional SBY-JK yang dipimpin Letjen M. Makruf, yang sukses memenangkan penggalangan public opinion untuk mengalahkan incumbant Presiden Megawati Soekarnoputri dalam pilpres secara langsung pertama kali di Indonesia, 2004.

Lantas, tahun 2009, Usamah yang sudah dikenal sebagai pemilik perusahaan marketing communication Dharmapena Group menjadi private counsultant mantan Panglima TNI Jenderal Wiranto, untuk meloloskan Partai Hanura dari parliament treshold dalam Pileg 2009. Bahkan Usamah pasang badan menjadi Koordinator Nasional Relawan Pos Wiranto.

Uniknya, pada tahun 2013 Usamah Hisyam bersama mantan Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso mendirikan Gerakan Indonesia ASA (Adil, Sejahtera, Aman). Usamah menjabat Ketua Umum, Djoko Santoso Ketua Dewan Pembina, sekaligus dipersiapkan sebagai slah satu alternatif untuk menjadi calon presiden. Saat itu hubungan kedua tokoh ini sangat akrab.

Dari jejak rekamnya yang sangat terukur dan faktual tersebut, sulit bagi kita untuk memfitnah bahwa Usamah Hisyam merupakan titisan John Naro Kaki Tangan Jenderal Anti Islam. Benar bahwa John Naro Ketua Muslimin Indonesia di era Orde Baru. Tetapi tak ada hubungan sedikitpun dengan Usamah.

Setahu saya, sejak muda hingga sekarang Usamah Hisyam adalah seorang aktifis pergerakan Islam yang lahir dari dunia pers dengan militansi dan idealismenya yang tak bisa dibeli dengan uang.

Keliru besar bilamana Tim Medsos Prabowo Subianto melakukan upaya down grading sosok Usamah dengan berbagai fitnah, karena Usamah seorang wartawan profesional yang berani dan memiliki segudang bukti untuk menjungkirbalikkan semua tudingan miring terhadapnya. Dalam konteks itu, saya melihat Usamah seorang petarung yang tak mudah menyerah.

Usamah adalah jurnalis pergerakan Islam yang memiliki reputasi sangat dipercaya oleh siapapun, dan memiliki connecting people yang luas, termasuk dengan para Panglima ABRI/TNI kala itu. Melawan Usamah dengan tulisan, ia tidak akan pernah berhenti akan menembakkan peluru-peluru yang lebih tajam, hingga akan mengkocar-kacirkan siapapun lawannya. Percayalah! (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here