Mengenal Afghanistan Pasca Kemenangan Taliban

682

Sepertinya masih ada episode cerita yang masih akan berlanjut. Kalau dilihat dari skenario yang ada, maka kemungkinan di dalam Taliban juga akan pecah antara yang mengikuti perjanjian dengan yang tidak mengikuti perjanjian. Yang taat pada perjanjian mungkin akan bergabung dengan aliansi utara.

Apakah dari sini baru cerita sebenarnya yang berkaitan dengan aktor-aktor internasional seperti India, Cina, Rusia, Tajikistan, Pakistan baru akan dimulai? Pada intinya para aktor yang bermain dalam the Great Game kali ini, sepertinya sangat sadar permainan.

Pertanyaan pentingnya adalah apakah setelah berkuasanya kembali Taliban dan merebut Kabul ibukota Afghanistan, konfigurasi kekuatan global masih tetap sama seperti yang sudah-sudah? Yang jelas, persekutuan Pakistan dan Cina yang berbatasan langsung dengan Afghanistan, saat ini semakin solid. Iran yang berbatasan langsung dengan Afghanistan juga semakin menjalin kemitraan strategis dengan Cina.

Adapun Usbek dan Tajik yang juga berbatasan dengan Afghanistan, Rusia tetap menjalin kontak yang erat dengan kedua etnik tersebut melalui skema Aliansi Utara.

Maka itu keberhasilan Taliban merebut kembali Kabul dan sebagian besar provinsi Afghanistan, apakah berkat kedigdayaan kekuatan militer Taliban, atau karena diuntungkan oleh momentum desakan eksternal yang sedang menciptakan prakondisi terciptanya keseimbangan kekuatan internasional baru di kawasan Asia Selatan dan Tengah, kemenangan Taliban merebut kembali kekuasaan Kabul, bisa berfungsi sebagai katalisator ke arah tata ulang keseimbangan baru di Asia Tengah maupun Asia Selatan yang berbatasan langsung dengan Afghanistan.

Jadi sekuat-kuatnya Taliban, tuntasnya penguasaan Taliban tetap terbantu oleh adanya dorongan kuat dari kekuatan-kekuatan eksternal yang sedang berupaya mendesakkan adanya menata ulang lanskap di kawasan Asia Tengah dan Asia Selatan.

Dengan begitu maka Cina, Rusia maupun AS punya peluang dan probabilitas yang sama untuk memainkan kartu truf-nya masing-masing.

Karena itu, dalam memprediksi terciptanya Global Realignment seturut berkuasanya kembali Taliban, menurut saya, sangat ditentukan oleh konstelasi dan konfigurasi tiga negara besar AS-Rusia-Cina di Asia Selatan saat ini.

Dalam the great game di Afghanistan, mundurnya AS dalam jangka pendek bisa dibaca sebagai kekalahan militer, tapi belum tentu merupakan kekalahan politik dalam memenangkan tujuan perang secara nirmiliter dalam jangka panjang.

Mengapa demikian? Karena walau bagaimanapun AS dan sekutu-sekutunya yang tergabung dalam NATO, ibarat permainan catur mereka hanya bidak-bidak permainan catur. Adapun pemain catur yang menggerakkan bidak-bidak catur tersebut adalah Inggris.

Di sinilah kita harus memperhitungkan peran skenario Inggris dalam memainkan the Great Game-nya di kawasan Asia Selatan dan Asia Tengah saat ini. Yang harus dibaca adalah skenario geopolitik Inggris. Karena sejak abad ke-16 Afghanistan sejatinya merupakan medan perebutan pengaruh antara Inggris dan Rusia.

Dan dalam memainkan apa yang dinamakan the Bristish Geopolitics, Inggris lebih berhasil mengungguli Rusia sejak 1747, meskipun sejak berakhirnya Perang Dunia II dan dimulainya era Perang Dingin sejak 1950-an, peran Inggris sudah diambil-alih oleh Amerika Serikat. Namun sekali lagi perlu digarisbawahi, bahwa pemain caturnya tetap Inggris, sedangkan AS hanyalah satu di antara bidak caturnya.

Sebagai pemain catur, apa yang bisa kita lihat di benak pikiran para skemator geopolitik Inggris saat ini? Hanya dengan melihat apa yang dipikirkan para skemator geopolitik Inggris, kita membaca langkah-langkah bidak catur seperti Taliban maupun kelompok-kelompok anti-Taliban yang tergabung dalam Aliansi Utara dalam beberapa waktu mendatang. []

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here