Mengapa Surat at-Taubah Tidak Diawali dengan Bacaan Basmalah?

1274
Al-Quran terbuat dari Sutra (Foto: Beritaonline)

Jakarta, Muslim Obsession – Jika diperhatikan semua surat dalam Al-Quran selalu diawali dengan bacaan basmalah. Tapi hanya ada satu surat yang tidak diawali bacaan basmalah, yakni surat at-Taubah. Inilah yang kemudian memunculkan pertanyaan mengapa surat at-Taubah beda dengan yang lain?

Tidak hanya berhenti disitu, apakah tidak adanya lafal basmalah pada surat at-Taubah juga sesuai petunjuk Nabi? Moh Fathurrozi, Kaprodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Institut Agama Islam Al Khoziny Buduran Sidoarjo menjelaskan terkait hal itu. Ia juga mengaku kerap ditanya persoalan itu oleh mahasiswa.

Untuk menjawab pertanyaan di atas, Fathurrozi lebih dulu menjelaskan kronologi tidak dicantumkannya basmalah dalam surat at-Taubah. Menurutnya ada beberapa sebab yang melatarbelakangi tidak dicantumkannya basmalah dalam surat di atas.

Pertama, dalam tradisi Arab jahiliyah dahulu, jika mereka melakukan perjanjian dengan sebuah kaum atau kabilah yang lain dan hendak memutuskan perjanjian tersebut, maka mereka mengirimkan sepucuk surat pemutusan tanpa mencantumkan kalimat basmalah.

Pun demikian, ketika umat Islam memutuskan perjanjian dengan orang-orang musyrik, Nabi mengutus Sayyidina Ali untuk membacakan surat di atas (at-Taubah) di hadapan mereka tanpa diawali dengan bacaan basmalah, sesuai adat mereka.

Kedua, Ibnu Abbas bertanya kepada sahabat Utsman bin Affan tentang tidak dicantumkannya basmalah dalam surat at-Taubah. Utsman menceritakan kronologinya, bahwa pada masa Nabi, ketika wahyu diturunkan kepadanya, Nabi memanggil salah satu sekretarisnya untuk mendokumentasikan.

Lalu Nabi mendekte penempatan dan tata letaknya. “Perlu diketahui bahwa surat al-Anfal termasuk surat yang turunnya awal, sedangkan surat at-Taubah termasuk surat yang turunnya Terakhir, kedua kisah dan penyajiannya kedua surat di atas mirip dan hampir sama,” ujar Fathurrozi.

Dalam hal tersebut, kata dia, Nabi tidak menjelaskan bahwa surat al-Anfal bagian dari surat at-Taubah. Utsman bin Affan kata dia, berkesimpulan bahwa surat al-Anfal bagian dari surat at-Taubah. Oleh karena itu, saya urutkan kedua surat tersebut tanpa mencantumkan basmalah.

Ketiga, pada kekhalifahan Utsman, para sahabat berselisih pendapat tentang surat at-Taubah. Sebagian sahabat menganggap bahwa antara surat at-Taubah dan al-Anfal adalah satu surat yang tidak terpisahkan.

Sebagian sahabat yang lain menganggap bahwa keduanya adalah dua surat yang mandiri. Untuk mendamaikan kedua perselisihan tersebut, Utsman mengambil sikap tengah, yaitu tidak mencantumkan basmalah.

Tujuannya kata dia, adalah agar kedua belah pihak yang berselisih dapat saling menerima. Dari pihak yang menganggap keduanya (al-Anfal dan at-Taubah) satu surat tidak keberatan, karena tidak dicantumkan basmalah.

“Sedangkan dari pihak yang menganggap keduanya adalah dua surat yang mandiri juga dapat menerima karena beda nama suratnya, meskipun tidak diawali dengan basmalah,” jelasnya.

Adapun alasan keempat, diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Nabi bertanya kepada Sayyidina Ali tentang tidak dicantumkannya basmalah dalam surat at-Taubah. Sayyidina Ali menjelaskan bahwa basmalah adalah kalimat aman sementara surat at-Taubah turun sebab perang, tidak aman.

“Oleh karena demikian, antara aman dan perang tidak dapat disatukan. Demikian pula, dalam basmalah itu terdapat kandungan rahmat, kasih sayang, sedangkan dalam surat at-Taubah terdapat kemarahan,” tuturnya.

Oleh karena itu, antara rahmat dan kemarahan tidak bisa disatukan. Senada dengan pendapat di atas, Imam al-Sufyan mengatakan bahwa basmalah adalah ayat rahmah, rahmah memiliki arti aman. Sedangkan surat at-Taubah turun kepada orang-orang munafik dan mengandung perang, sebab itu tidak aman bagi orang-orang munafik.

“Dari kronologi di atas dapat disimpulkan bahwa para sahabat sepakat tidak mencantumkan basmalah dalam surat at-Taubah berdasarkan pada periwayatan yang diterima oleh mereka dari Nabi,” jelasnya.

Namun demikian, lanjut dia, Nabi ketika menerima ayat tersebut dari Jibril tidak disertai basmalah. Hal ini juga dibuktikan bahwa tidak ada satu pun ahli qurra’ sab’ah (qira’at tujuh) maupun qurra’ asyrah (qira’at sepuluh) yang meriwayatkan membaca basmalah di awal surat at-Taubah.

“Artinya, mereka sepakat meninggalkan membaca basmalah di awal surat at-Taubah.”

Dalam ilmu qiraat, Fathurrozi menegaskan, dasar utama dalam membaca Al-Quran adalah bersumber dari Nabi dan transmisi yang berkesinambungan. Sebab dalam membaca Al-Quran tidak ada istilah qiyas. (Albar)

1 KOMENTAR

Tinggalkan Balasan ke Taruna Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here