Menelusuri Bangunan di Sekitar Komplek Masjid Al-Aqsha

1742

3. Mushalla Al-Marwani

Masjid atau Mushalla Al-marwani dulunya dikenal dengan nama Taswiyah Syarqiyah (pemerataan tanah bagian timur) karena ketika dibangun pada masa Dinasti Umawiyah dimaksudkan agar sisi selatan dan utara Masjid Al-Aqsha sama rata. Bangunan ini memiliki luas lebih dari 4.000 m persegi.

Pada masa dikuasai tentara salib, Mushalla Al-Marwani sempat dijadikan sebagai kandang kuda hingga Shalahuddin Al-Ayyubi membebaskan Masjid Al-Aqsha, beliau mengembalikan fungsi asalnya sebagai tempat pemerataan sisi utara dan selatan masjid serta sebagai tempat penyimpanan.

Di awal tahun 1990-an Syekh Raed Salah seorang Aktivitas Politik dan Dakwah di Palestina, meresmikan reformasi dan renovasi Mushalla Marwani dan membuat pintu gerbang besar, meneranginya dengan lampu, membuat toilet, membuat majelis-majelis terutama majelis Selasa yang kini dihadiri oleh 5 ribu muslim setiap pekan di Masjid Al-Aqsha.

(Foto: aqsainstitute)

4. Masjid Al-Qadim

Masjid Al-Qadim merupakan sebutan bagi sebuah bangunan kuno yang berada di bawah Masjid Al-Qibli. Dibangun pada masa Umawiyah, Masjid Al-Qadim terdiri dari dua lorong yang mengarah ke Pintu Al-Muzdawi, pintu selatan Masjid Al-Aqsha yang sudah ditutup. Pintu itu mengarah langsung ke istana Umawiyah di selatan Masjid.

Masjid yang kini dapat menampung hingga 1.000 jamaah tersebut dibangun untuk meratakan sisi selatan halaman Al-Aqsha agar sama rata dengan sisi utara. Selama berabad-abad, masjid ini dibiarkan tidak terurus dan berdebu, kemudian dibuka kembali pada tahun 1420 H/1999 M oleh Yayasan Al-Aqsha untuk pembangunan Kota Suci.

Di dalamnya terdapat sebuah sumur air yang sudah ditutup, sumur ini mempunyai air yang melimpah hingga penjajah zionis melakukan sebuah rencana untuk pengosongan air dan menjadikanya alasan untuk menyelinap masuk ke Masjid Al-Aqsha. Memiliki dua kubah dengan gaya bangunan khas Bani Umawiyah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here