Menag Ajak Warga Hadirkan Wajah Agama yang Moderat

1087
Menteri Agama - Isra Mi'raj
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat memberikan sambutan pada peringatan Isra Mi’raj di Istana Bogor, Selasa (10/4/2018). (Foto: Kemenag)

Bogor, Muslim Obsession – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak warga bangsa untuk menghadirkan wajah agama yang moderat dan unggul dengan karakter wasathiyyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Dengan spirit Isra’ dan Mi`raj, mari kita hadirkan wajah agama yang moderat dan unggul dengan karakter wasathiyyah. Indonesia sebagai bangsa yang besar telah menunjukkan kepada dunia bahwa Islam dengan karakter wasathiyyah-nya dapat merawat kemajemukan yang ada,” kata Menag Lukman Hakim Saifuddin saat memberikan sambutan pada peringatan Isra’ Mi’raj di istana Bogor, Selasa (10/4/2018).

Menag Lukman mengimbau setiap warga untuk tidak merusak ‘tenunan’ Indonesia yang sudah dibangun para pendahulu dengan sikap intoleran. “Hargai keragaman dan bangun kemajuan melalui kebersamaan,” tambah Menag.

Disampaikan Menag Lukman, bahwa di tengah berbagai persoalan kehidupan berbangsa dan bernegara, warga bangsa perlu menghadirkan agama sebagai oase. Agama yang menyejukkan dalam suasana kedamaian. Agama yang menjadi sumber inspirasi dan sekaligus sebagai denyut nadi kehidupan.

Islam, lanjut Menag, adalah agama yang sejalan, bahkan mengukuhkan, fitrah dan nilai kemanusiaan. Maka, tidak sepatutnya mempertentangkan antara Islam dan kemanusiaan. Sama tidak patutnya mempertentangkan antara Islam dan kebangsaan, karena manusia ditakdirkan hidup berbangsa-bangsa.

Mengutip padangan ulama besar Imam Nawawi, Menag mengatakan bahwa kata ‘fitrah’, bisa bermakna Islam dan jalan yang lurus. Islam merupakan esensi ajaran para nabi dan rasul yang datang dengan segala kebaikan dan keunggulan pada ajaran-ajaran terdahulu. Islam datang dengan wajah yang moderat, jauh dari sifat berlebihan. Sifat terpuji, seperti kata banyak ahli, selalu berada di antara dua kutub ekstrem. Sifat berani, misalnya, adalah pertengahan antara takut dan ceroboh.

“Sifat tengahan (wasathiyyah) dari ajaran Islam bisa dilihat juga dari sifat minuman susu yang dijelaskan Al-Quran sebagai sa’ighan li al-syaribin, mudah ditelan bagi yang meminumnya,” kata Menag.

Agama Islam adalah agama yang mudah dan memberi kemudahan. Salah satu misi utama Nabi, seperti dinyatakan dalam QS. Al-A`raf : 157, adalah menghilangkan berbagai beban yang memberatkan manusia. Sebagai konsekuensi kemudahan yang diberikan adalah adanya keragaman pandangan dalam berislam.

Maka, kata Menag, wasathiyyah (moderasi) Islam menuntut umatnya untuk toleran dalam menyikapi perbedaan. Wasathiyyah adalah sebuah metode berpikir dan bersikap yang mempertimbangkan banyak hal, sehingga pandangan dan sikap yang disampaikan sejalan dengan kondisi masyarakat dan tidak bertentangan dengan prinsip ajaran agama.

“Islam dengan karakter wasathiyyah inilah yang dulu dibawa oleh para ulama, sehingga terjadi akulturasi budaya yang menghasilkan kearifan lokal bernuansa keagamaan. Rumusan dasar dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan wujud konkret pemahaman Islam dengan karakter wasathiyyah-nya. Dengan kelapangan hati dan kedalaman pengetahuan, para pemuka agama dan pendiri bangsa menyepakati nilai-nilai yang dapat membingkai kebinekaan dalam kesatuan dan kebersamaan,” tutup Menag. (Kemenag)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here