Memaknai Hari Pahlawan

621

Oleh: Dr. Muslich Taman (Praktisi Pendidikan)

Sesungguhnya, yang terpenting dari peringatan Hari Pahlawan, setiap 10 November, adalah menghadirkan jiwa kepahlawanan dalam diri setiap anak bangsa. Meneladani jiwa besar mereka dan mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata sehari-hari, sesuai dengan profesi yang ada, sebagai anak bangsa.

Apa pun itu, dan bagaimanapun kondisinya. Bekerja dengan sebaik-baiknya, penuh syukur dan tanggung jawab.

Sebagai petani, pedagang, pengusaha, guru, aparat penegak hukum, politisi, bahkan hingga pemimpin atau pemulung. Semuanya mesti bertekad untuk berkarya. Mempersembahkan yang terbaik yang dia punya, demi tanah air, tumpah darahnya.

BACA JUGA: Mengokohkan Jiwa Pancasila di Hari Kelahirannya

Cinta tanah air adalah bagian dari iman. Sebuah ungkapan luhur untuk memotivasi setiap anak bangsa agar senantiasa mencintai tumpah darahnya, tak melupakannya, dan siap berjuang untuk menjaganya.

Meski, bukan hadits Rasulullah, tetapi terasa tak ada yang salah dengan ungkapan di atas. Bahkan, sejalan dengan teladan yang ditunjukkan Rasulullah pada tumpah darahnya kala itu, Makkah. Sehingga, mencintai tanah air adalah teladan langsung dari Rasulullah.

Dikisahkan, bahwa “Saat Nabi SAW keluar meninggalkan kota Makkah dan sampai di daerah Juhfah, hati beliau tiba-tiba merindukan Makkah, sebagai tanah kelahirannya. Lalu saat itulah, Allah menurunkan ayat, “Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Quran, benar-benar nanti akan mengembalikan kamu ke tempat kembali,” (Al-Qashash: 85).

BACA JUGA: Menepis Badai Pandemi, Menuai Hikmah Pendidikan Masa Depan

Begitu juga, sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ketika Rasulullah hendak hijrah meninggalkan Makkah sebagai tanah kelahirannya, beliau berjalan dengan rasa yang berat, lalu setelah itu menengok kembali ke belakang menatap kota Makkah, sambil berkata, “Engkau adalah negeri Allah yang paling aku cintai. Andai bukan karena penduduknya mengusirku, tentu aku tidak akan meninggalkan engkau.”

Begitu juga, ketika Rasulullah setelah lama berada di Madinah. Tatkala beliau hendak datang ke kota tersebut dari bepergian, beliau mempercepat jalan kendaraan yang ditungganginya, lebih-lebih setelah melihat dinding kota Madinah.

Beliau rindu kepada Madinah sebagai kota perjuangan dan dakwahnya. Rindu beliau seolah tidak tertahan. Bahkan, sampai-sampai beliau menggerak-gerakan binatang yang dikendarainya tersebut, agar lebih cepat berjalan. Semua itu dilakukan sebagai bentuk kecintaan beliau yang mendalam terhadap tanah tempat perjuangannya, selain kepada tanah tempat kelahirannya.” (HR. Al-Bukhari)

BACA JUGA: Puasa, Perisai Diri dan Tangga Menujut Takwa

Setiap anak bangsa, hendaknya mencintai dan berjuang untuk kejayaan tanah airnya, sesuai profesi dan kesanggupannya masing-masing. Jika menjadi pejabat, jadilah pejabat yang amanah dan tidak mengkhianati rakyatnya. Jika menjadi pendidik, jadilah pendidik yang tulus dan penuh tanggung jawab.

Jika menjadi pelajar, jadilah pelajar yang rajin belajar dan menuntut ilmu. Jika menjadi pedagang atau pengusaha, jadilah pedagang atau pengusaha yang suka berbagi dan tidak serakah dengan keuntungan. Jika jadi buruh, jadilah buruh yang jujur dan pekerja keras, serta begitu seterusnya.

Selamat menjadi pahlawan, dengan menghadirkan jiwa kepahlawanan dalam diri masing-masing, dan meneladaninya.

Wallahu a’lam.

1 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here