Memahami Tahapan Berpikir Anak hingga Dewasa dalam Pameran “Garis Mahir”

810
Pameran 'Garis Mahir' mengajak masyarakat memahami tahapan berpikir anak hingga dewasa.

Yogyakarta, Muslim Obsession – Rumah Perubahan Rhenald Kasali berkolaborasi dengan Yayasan Tegar menyelenggarakan pameran pendidikan bertajuk Garis Mahir.

Diselenggarakan di Omah Petroek, Kaliurang Yogyakarta 11 Januari-1 Februari 2020, pameran Garis Mahir ini mengangkat tema tentang tahapan belajar yang dijalani setiap orang, mulai dari anak-anak hingga umur 18 tahun.

Tahapan berpikir tersebut sangat menentukan kemahiran seorang anak menghadapi berbagai kompleksitas kehidupan masa depan.

Berdasarkan rilis yang diterima Muslim Obsession, Selasa (29/1/2020), dijelaskan bahwa banyak pemimpin dan pengusaha sukses yang menginspirasi banyak orang meskipun mereka tak memiliki track record akademik yang cemerlang.

Di level global ada Bill Gates, Mark Zuckerberg, dan sebagainya yang tak menyelesaikan kuliahnya.  Di Indonesia pun kita bisa menjumpai banyak pengusaha dan leader yang bukan lulusan perguruan tinggi bonafide. Mereka hanya lulus SMP, SMA, bahkan ada yang hanya lulusan SD.

Meski demikian, orang-orang itu telah menjalani proses belajar secara paripurna. Proses belajar yang tak hanya mengasah aspek kognisi, namun juga membangun karakter.

Membangun karakter itu meliputi keteguhan (self-discipline), berpikir untuk maju dan berkembang (growth mindset), inovatif (creative thinking), tajam (critical thinking), bernyali besar (risk taker), taktis (power of simplicity), dan memiliki tujuan (play to win).

Tahapan-tahapan belajar inilah yang dihadirkan dalam pameran Garis Mahir. Dalam pameran ini, pengunjung akan diajak untuk menyusuri garis imajiner yang merupakan sebuah proses perjalanan berpikir yang dimulai dari anak-anak hingga umur 18 tahun.

Pendiri Rumah Perubahan Rhenald Kasali memaparkan bahwa proses belajar yang paripurna akan membantu anak-anak bisa mencapai kematangan karakter.

“Selain itu, anak-anak juga mahir menghadapi kehidupan karena karakter mereka telah terbangun,” kata Rhenald.

Karena itu, penting bagi pendidik untuk mengunjungi pameran ini untuk memahami bagaimana tahapan belajar yang seharusnya dilalui oleh anak-anak didik.

Pameran ini tak sekadar menampilkan foto-foto. Pengunjung juga bisa melihat bagaimana berbagai lukisan yang dibuat oleh anak-anak, yang mencerminkan tingkatan berpikirnya.

Ada pula sarana belajar seperti balok-balok kayu yang bisa menjadi sarana pembelajaran untuk mengembangkan pemahaman akan regulasi diri. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here