Marhaban Yaa Rabiul Awal, Berikut Keutamaan Bulan Maulid

2480

Jakarta, Muslim Obsession – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Lembaga Falakiyah mengeluarkan ikhbar bahwa awal bulan Rabiul Awal 1441 H jatuh pada Selasa, 29 Oktober 2019, persisnya dimulai sejak Senin malam.

Pengumuman ini didasarkan pada hasil pemantauan hilal, bulan sabit yang terbit pada tanggal satu bulan Qamariyah. Dua perukyat, Moh. Mujazun dan Lutfi Fuadi melaporkan berhasil menyaksikan hilal dari Masjid Jami Denanyar (7° 32′ LS 112° 13′ BT). Hilal terlihat pukul 17:36 WIB (Maghrib pukul 17:25 WIB).

Laporan tersebut lantas diteruskan Ketua Lembaga Falakiyah PBNU KH A. Ghazalie Masroeri ke publik sebagai pengumuman bahwa bulan Maulid telah tiba. “Terima kasih atas partisipasi dan kontribusi Nahdliyin (dalam aktivitas rukyat kali ini),” ujarnya.

Rabiul Awal atau biasa disebut bulan Maulid merupakan bulan ketiga dalam sistem penanggalan Hijriah, setelah bulan Muharram dan Safar. Dalam tradisi masyarakat Muslim di Indonesia, bulan Rabiul Awal identik dengan perayaan Maulid Nabi, atau momen peringatan hari lahir Nabi Muhammad Saw.

Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki dalam kitab Mafahim Yajib an Tushahhah, peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw merupakan bentuk tradisi yang baik di masyarakat, bukan termasuk bagian dari masalah ibadah yang dipersoalkan keabsahannya.
Menurutnya, inilah momen efektif untuk mendakwahkan teladan akhlak Rasulullah, serta sejarah kehidupan, perjuangan, bisnis, politik, strategi kepemimpinan, dan cara ibadah Nabi Muhammad. Pada bulan ini bagus diisi dengan pembacaan ayat-ayat Al-Quran, dzikir, tahlil, kalimat thayyibah, dan juga sejarah dan perjuangan Rasulullah.

Imam al-Suyuthi dari kalangan ulama Syafi’iyyah juga mengatakan, Maulid Nabi merupakan kegiatan positif yang mendatangkan pahala. Ia menganjurkan pada bulan Rabiul Awal umat Islam meluapkan kegembiraan dan rasa syukur dengan cara memperingati kelahiran Rasulullah, berkumpul, membagikan makanan, dan beberapa ibadah lain.

Bulan Rabiul Awal tergolong mulia karena di dalamnya terdapat sejarah kelahiran manusia paling mulia di muka bumi. Kenapa Rasulullah tak dilahirkan di bulan Muharram, Rajab, Ramadhan, atau bulan-bulan yang dimuliakan syariat?

Sayyid Muhammad ibn Alawi Al Maliki dalam kitabnya adz-Dzakhâir al-Muhammadiyyah menjelaskan, Nabi Muhammad tidak mulia karena sebab masa atau waktu. Namun justru masa atau waktu itulah yang menjadi mulia sebab Nabi Muhammad lahir. Artinya, Nabi-lah yang mengangkat derajat bulan tersebut, bukan sebaliknya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here