Manifesto Politik Perhimpoenan Indonesia dan Mitologisasi Sumpah Pemuda

1064

Dalam catatan Sartono, jauh lebih dulu dari perkumpulan-perkumpulan lain, organisasi pemuda terpelajar di Belanda itu telah mengekspresikan aspirasi politik, karena mereka sadar betapa rendah status politik pribumi dibandingkan dengan orang Belanda dan orang Eropa.

Di masa kolonialisme Belanda, baik sistem diskriminasi maupun sistem segregasi sangat mencolok.

Pada bulan Maret 1916 organisasi pemuda terpelajar itu menerbitkan majalah Hindia Poetera. Tulisan-tulisan dalam majalah itu terutama ditujukan kepada mereka yang bersimpati kepada masalah-masalah di Indisch (Hindia).

Pada 1922 Indonesische Vereeniging resmi diterjemahkan menjadi Perhimpoenan Indonesia (PI).

Pada 1923, di bawah kepemimpinan R. Iwa Kusuma Sumantri, PI menegaskan bahwa masa depan Indonesia dalam bentuk pemerintahan semata-mata ada di tangan bangsa Indonesia sendiri.

Dalam majalah Hindia Poetera Maret 1923 dimuat asas pernyataan PI dengan penekanan pada ide kesatuan dan demokrasi. PI menegaskan, bangsa Indonesia perlu menentukan nasib sendiri di masa depan serta menentukan bentuk pemerintahan yang dapat diterima oleh rakyat.

Bergerak lebih jauh, PI mengubah nama majalahnya dari Hindia Poetera menjadi Indonesia Merdeka dengan semboyan: “Merdeka!”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here