Makna ‘Indah’ Menurut Ulama Tasawuf

1848
Ilustrasi: Ulama-ulama Sufi.

Muslim Obsession – Umumnya manusia menyukai sesuatu yang indah, baik perhiasan, pakaian, kendaraan, atau hal-hal lainnya terkait materi. Dengan pola pikir seperti ini, keindahan hanya dipahami secara kasat mata, dari segi fisik saja.

Pandangan ini berbeda jika keindahan dipahami oleh para pegiat ilmu tasawuf. Salah satunya seperti yang ditunjukkan Hasan Al-Bashri, seperti diceritakan Dosen Ilmu Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr. Fahruddin Faiz, dalam sebuah taushiyahnya.

Alkisah, ulama besar tasawuf Syeikh Hasan Al-Bashri pernah ditanya seorang muridnya tentang pakaian yang disukainya. Ia menjawab, pakaian yang paling tebal, paling kasar, dan paling buruk di mata manusia.

Baca juga: Kamaluddin bin Al-Hammam: Ahli Fiqh yang Sufi

Mendengar jawaban Syekih Hasan Al-Bashri, muridnya protes. “Bukankah Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan?”

“Wahai anakku, jangan salah paham. Bukan begitu maksudnya. Andaikata keindahan di sisi Allah itu karena pakaian, tentulah orang-orang lacur itu lebih mulia dibanding orang-orang baik,” tukas Syeikh Hasan.

Lalu apa keindahan menurutnya?

Baca juga: Tanda-Tanda Allah Marah dan Berpaling dari Hidup Kita

“Jadi jika engkau sedang berjuangan menjauhi maksiat, maka yang engkau lakukan itu indah. Kalau engkau sedang menjalankan ketaatan kepada Allah, maka yang engkau lakukan itu indah. Begitu juga jika engkau sedang mewujudkan akhlak mulia, maka yang engkau lakukan itu juga indah. Bukan bajumu. Keindahan itu ada akhlakmu,” tandas Syeikh Hasan.

Demikian Syeikh Hasan Al-Bashri memaknai kata ‘indah’. Bukan keindahan dalam bentuk materi seperti yang kita pahami selama ini, melainkan keindahan hakiki dalam bentuk pengabdian kepada Allah ‘azza wa jalla, Sang Pemilik Keindahan.

Wallahu a’lam bish shawab. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here