Makna di Balik ‘Satu Tungku Tiga Batu’, Slogan Kerukunan di Tanah Papua

6983
Anak-anak Papua (Foto: The Straits Times)

Jakarta, Muslim Obsession – Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia, Rida HR Salamah mengungkapkan, kerukunan yang terjalin dalam masyarakat Papua bersumber dari moderasi agama yang dijalankan oleh masyarakat di sana.

Moderasi Agama, sebut Rida, merupakan kearifan lokal yang muncul sejak abad ke-12, setiap suku saling membangun dan menginspirasi satu sama lain untuk menjaga keharmonisan antar suku.

Awalnya, kata Rida, perjalanannya ke Papua Barat adalah untuk meneliti masuknya Islam di Papua Barat. Namun, karena hal tersebut sudah diteliti dalam sebuah disertasi, pihaknya lebih menitikberatkan pada praktik kehidupan umat beragama di Papua Barat.

“Penelitian kami lebih fokus dalam penggalian titik harmoni kehidupan antaragama. Rencana awalnya, kami akan meneliti proses masuknya Islam,” kata Rida, dikutip dari situs resmi MUI, Senin (5/11/2018).

Value dari moderasi agama tersebut, lanjut Rida, adalah family religion dan satu tungku tiga batu. Family religion adalah menganggap keluarga semua masyarakat Papua, apapun agamanya. Sehingga keharmonisan antarsuku tetap terjaga.

Satu tungku tiga batu, sambungnya, merupakan slogan masyarakat Pupua sehari-hari. Satu tungku yaitu masyarakat Papua terdiri dari tiga batu, yakni tiga agama, Islam, Kristen Protestan, dan Kristen Katolik yang saling bersinergi dalam menjaga kerukunan.

“Islam, Kristen Protestan, dan Kristen Katolik bersama membangun kerukunan dengan semboyan satu tungku tiga batu, toleransi antaragama pun tidak meluruhkan nilai-nilai setiap agama,” jelas Rida.

Antarmasyarakat saling memberikan toleransi, kata Rida, bahkan jika ada acara bersama alat makan dan masak untuk muslim pun khusus atau bebas dari bersentuhan dengan yang haram menurut Muslim.

Adapun konflik yang muncul, kata Rida, baru terjadi belakangan ini dan dikarenakan oleh konflik kepentingan individu.

Model penelitian ini, tutup Rida, menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu berusaha mendalami data dan informasi sampai data saturation (puas tidak ada pertanyaan lagi). Responden yang dipilih juga mengutamakan mereka para pelaku atau saksi sejarah.

“Penelitian ini dengan model kualitatif dengan metode wawancara terhadap saksi sejarah dan observasi ke 9 Kota di Papua Barat dan 2 Kota di Prov Papua sebagai persiapan Rakernas MUI 2018,” tutup Rida. (Vina)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here